Dulu, saat usaha kakak pertama kami bangkrut. Ia-lah yang banting tulang menghidupi kami agar tetap bisa makan.
Maya Angelou boleh berkata,”Anda mungkin terlahir di bawah situasi yang buruk, tetapi anda tidak perlu tinggal di sana.”
Dia tidak tahu saja, berapa keras kami berusaha melangkah keluar. Kali ini pun sama, tapi ya sudahlah, apa mau dikata, memang sudah takdir-Nya.
Ah, lagi-lagi aku menyalahkan takdir untuk kehidupan kejam yang mematikan semangat dan menghancurkan jiwa kami.
Aku berjalan dalam keheningan malam, mendorong gerobak penuh harapan pudar, seperti serbuk debu di dunia yang tak terhirup nafas kedamaian.
Mungkin aku juga sama, jiwaku terperangkap oleh mental manusia miskin, impianku meluntur dihempas badai kelam kehidupan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H