Ini jauh lebih mudah dibandingkan menelusuri artikel-artikel di google atau mesin pencari sejenis.
Sebagian perguruan tinggi di Indonesia telah "mengadopsi" ChatGPT, dengan memperbolehkan para mahasiswa menggunakan AI ini sebagai bahan referensi atau co author dalam jurnal atau skripsi.
Kecerdasan buatan ini unggul dalam mengenali pola dari sumber data yang sangat banyak, kemudian membuatnya menjadi kesimpulan yang singkat, padat, dan tepat.
Namun, AI masih memiliki beberapa kekurangan, seperti ketergantungannya pada seberapa banyak pasokan data yang dimasukkan.Â
Juga pada tugas-tugas yang memerlukan penalaran akal, maka kecerdasan buatan satu ini masih belum bisa diandalkan.
Singkat kata, Ai unggul di pengolahan data, sementara manusia dengan penalaran akal menjadi kombinasi yang sempurna.
Ada banyak kecerdasan buatan yang tengah dikembangkan tidak hanya ChatGPT, ada yang dapat membuat video dari teks, ada yang dapat membuat voice over dari teks.
Saya membayangkan kedepannya, seorang youtuber hanya perlu mengetik topik di ChatGPT, ia mendapatkan materi yang bagus dan lengkap, lalu melakukan parafrase agar tidak terdeteksi google.
Kemudian mengubahnya menjadi video di Steve Ai, dan menuliskan teks di voice over, ia mendapatkan suara latar. Tugasnya tinggal menjadikan semua menjadi satu. Selesai, sebuah video siap di upload ke YouTube. Alangkah indahnya.***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H