Sepupu saya yang baru saja tamat sekolah, asyik duduk di depan rumah. Me-scrolling layar hp yang menampilkan akun fandom grup kesayangannya.
Dengan iseng saya bertanya,”Sudah dapat kerja?”
“Sudah masukin lamaran.” jawabnya.
Saat saya bertanya dimana? dengan enteng ia menjawab, kirim CV ke 10 loker yang di posting di Instagram.
Ah, enaknya anak sekarang, tak perlu bersusah payah menulis surat lamaran, menggendong amplop coklat, dan berkunjung langsung ke kantor hanya sekadar memasukkan lamaran.
Mereka cukup mengetik, kirim CV ke alamat email, lalu datang saat ada panggilan interview.
Generasi Z tumbuh di era teknologi berkembang pesat, mulai dari masuknya facebook hingga sekarang TikTok.
Kemampuan generasi Z untuk beradaptasi dengan update-nya teknologi patut diacungi jempol, tetapi di satu sisi membuat mereka terlalu bergantung pada teknologi.
Generasi Z mungkin sanggup berpuasa makan dan minum selama satu bulan di bulan ramadhan, tetapi bagaimana jika berpuasa satu hari tanpa internet?
Kecenderungan penggunaan media sosialnya tinggi, bagaimana mereka tahan menatap layar, menscrolling dari Instagram, pindah ke Twitter, lalu beralih ke TikTok, yang semua itu dapat dilakukan seharian.