Sambungan dari: Julia Felicia
Saat Jerry sedang menikmati menatap langit malam di jerambah rumahnya, dia mendegar suara Mitha yang baru pulang dari jalan-jalan bersama dua temannya yang terkenal di sekolah mereka. Cindy dan Christy. Beberapa orang lainnya sering mengekor ke mana pun mereka pergi. Jadinya suara motor yang mereka timbulkan begitu berisik.
Jerry menatap lagi langit yang membentang luas di atas kepalanya. Rembulan bersinar dengan gemilang. Bentuknya yang bulat sempurna di tanggal tiga belas malam ini seolah bersuka cita untuknya hari ini. Wajah Julia seolah terpantul pada permukaan bulan itu. Kata orang-orang dulu, bila memperhatikan bulan purnama mungkin saja bisa beruntung melihat putri bulan. Jerry tersenyum sendiri. Ternyata dewi bulan memang ada. Dan dewi itu adalah Julia sendiri. Dia bisa melihatnya karena Julia sudah ada dalam hati.
"Jer ...!"
Suara Mitha memanggil namanya mengalihkan lamunan indahnya. Dia berjalan masuk ke dalam ruang keluarga dan tersenyum begitu bahagia.
"Kau sedang apa di tempat jemuran?"
"Lagi menatap langit," ujar Jerry tersenyum.
"Kau begitu ceria hari ini. Tadi berjalan dengan lancar?"
Jerry menggeleng lalu duduk di sofa.
"Tak lancar. Hampir saja gagal."
Kemudian Mitha duduk di samping menyimak cerita Jerry. Dia jadi berpikir setelah Jerry mengakhiri ceritanya.