M menemani amah untuk pergi ke bank, membeli makanan, berjualan congee, dan bersenang-senang, semua itu benar-benar mengingatkan saya dengan nenek saya.
Mungkin hal tersebutlah yang membuat kebanyakan orang menangis ketika menonton film ini, kedekatan antara M dengan Amah ini seperti sangat relate dengan diri kebanyakan orang yang dekat dengan neneknya.
Poin lain yang membuat saya harus memberikan tepuk tangan untuk sang pembuat film adalah cara mereka membuat plot twist melalui foreshadowing sederhana yang disajikan secara apik ketika klimaks, plot twist ini membuat saya menangis sekaligus bahagia karena ternyata arti one million yang dimaksud dalam film ini ada di sini.
Plot twist ini memberi kita fakta bahwa Amah sangat menyayangi M lebih dari apapun yang dia punya di dunia ini. Ini adalah klimaks terbaik dalam film drama keluarga menurut saya, kisah yang diawali dengan jutaan pertanyaan lalu dijawab dengan jawaban yang indah.
Resolusi untuk film ini pun juga tidak kalah menarik, justru di sinilah kita dibuat menangis tersedu-sedu, hanya dengan visual sederhana saja dapat membuat kita mengingat kedekatan M dengan Amah, serta semua kata dan kalimat yang keluar dari Amah.
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, kerennya film ini adalah cara penulis film memberikan makna pada setiap kata, kalimat, ataupun kiasan dalam film ini yang membuat kita tersentuh secara emosional, hal tersebut selalu dipakai, bahkan hingga detik-detik terakhir film ini.
Berdasarkan hal-hal yang telah saya jabarkan di atas, How to Make Millions Before Grandma dies layak untuk menjadi sebuah film drama keluarga yang sukses karena penulisan ceritanya yang sederhana dan mudah untuk dicerna, pembangunan lingkungan yang membuat kita dekat dengan konfliknya, cara penulis membangun kedekatan antar tokoh, penyajian konflik yang indah, serta cara penulis memberikan benang merah atas setiap kejadian dan kalimat yang dikeluarkan tokohlah yang membuat film ini seperti sebuah lukisan yang indah.
Meskipun di awal cerita ada banyak plot hole yang membingungkan, tetapi cara sang pembuat film menjawab kebingungan itu dengan sangat baik di klimaks membuat saya memaafkan kekurangan tersebut dalam film ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H