Akhir-akhir ini saya melihat beberapa perusahaan beralih ke perusahaan Agile. Saya selalu percaya pada pemberdayaan dan pengelolaan mandiri. Untuk menjadi sebuah organisasi Agile yang sejati (bukannya organisasi yang melakukan Agile di beberapa proyeknya saja), kita memerlukan dua bahan tersebut. Sebuah perusahaan perlu untuk menemukan kembali jati dirinya.
Untuk menemukan kembali jati dirinya sebagai organisasi yang Agile maka diperlukan lima faktor berikut ini:Â
1. Kepemimpinan: Pemimpin harus bisa "melepaskan". Makna melepaskan di sini adalah mereka harus melepaskan kekuasaan dan statusnya. Mereka perlu untuk memberikan kekuasaannya pada orang-orang di tim kerja mereka. Bahkan terkadang mereka perlu untuk mengorbankan dirinya dan mencari pekerjaan baru.
2. Budaya. Semua orang perlu untuk berpikir secara berbeda. Orang-orang perlu untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya. Mereka perlu untuk bisa merasakan bagian dari tim kerja mereka dan misi tim tersebut. Kita perlu untuk melepaskan fokus kita dari prioritas dan urusan kita sendiri.
3. Struktur. Kita perlu untuk melepaskan hirarki organisasi. Departemen-departemen fungsional harus dihapus dan kemudian kita perlu untuk membangun struktur baru. Dalam organisasi Agile yang sejati, pembangunan ini dilakukan oleh tim kerja dengan pemimpin mereka sebagai fasilitator, bukan dari atas ke bawah. Orang-orang membentuk kembali tim-tim mereka, apa yang mereka kerjakan dan peran-peran mereka di dalamnya.
4. Sistem Kinerja. KPI yang tradisional harus dihilangkan. KPI membuat orang berfokus pada diri sendiri. Kita mau berfokus kepada "kita". Pekerjaan dilakukan dalam tim, sehingga kinerja, hasil, dan efek harus diukur berdasarkan tim. Dan penghargaan harus dihubungkan ke level tim.
5. Penetapan Target. Penetapan target dari atas ke bawah harus dihilangkan. Pemimpin-pemimpin boleh memberikan arahan, tapi tim-tim kerja akan menentukan sendiri apa yang harus dikerjakan dan bagaimana melakukannya. Pemimpin dapat menjadi penengah dalam diskusi ini. Tim-tim kerja menetapkan target mereka sendiri dan bertanggung jawab atas target tersebut.
Organisasi Agile yang sejati juga mengerti bahwa penemuan kembali ini harus dilakukan oleh tim. Jika kita menerapkan sistem struktur, budaya, dan kinerja dari atas ke bawah, kita belum mencapai apa yang menjadi fokus dari prinsip Agile. Saya baru melihat sedikit perusahaan yang mengerti hal ini. Dibutuhkan keberanian dan direksi level atas yang berani untuk melepaskan hal-hal di atas dan kemudian percaya bahwa orang-orang mereka akan membentuk ulang jati diri tersebut.
Apakah organisasi Anda sudah memiliki lima jati diri di atas?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H