Mohon tunggu...
Hugo Messer
Hugo Messer Mohon Tunggu... Wiraswasta - Agile Entrepreneur and Innovator

Hugo Messer has been building and managing teams around the world for over 10 years. His passion is to enable people that are spread across cultures, geography and time zones to cooperate. Whether it’s offshoring or nearshoring, he knows what it takes to make a global collaboration work. Scrum is a central part of Hugo's story, he's a certified scrum professional (CSP) and certified scrum master (CSM). His software company Bridge Global has recently gone through an agile transformation. Hugo is currently building Ekipa Indonesia. Ekipa is an agile agency, offering training and coaching. Hugo's living in Bali. He's helping Indonesian organizations adopt an agile mindset and implement practices through community events, training and coaching. - He has written 6 books about managing remote teams: http://bridge-global.com/ebooks +62(0)87786693690 hugo@ekipa.co Skype: hugomesser One of Hugo's drives in building his companies is having an impact on poverty reduction. Bridge and Ekipa contribute to this by creating sustainable jobs in upcoming economies. We also support various charities in the countries where we have our offices.

Selanjutnya

Tutup

Money

5 Jati Diri Organisasi Agile yang Sejati

22 Juni 2021   05:30 Diperbarui: 22 Juni 2021   05:48 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
organisasi agile source: Canva Pro

Akhir-akhir ini saya melihat beberapa perusahaan beralih ke perusahaan Agile. Saya selalu percaya pada pemberdayaan dan pengelolaan mandiri. Untuk menjadi sebuah organisasi Agile yang sejati (bukannya organisasi yang melakukan Agile di beberapa proyeknya saja), kita memerlukan dua bahan tersebut. Sebuah perusahaan perlu untuk menemukan kembali jati dirinya.

Untuk menemukan kembali jati dirinya sebagai organisasi yang Agile maka diperlukan lima faktor berikut ini: 

1. Kepemimpinan: Pemimpin harus bisa "melepaskan". Makna melepaskan di sini adalah mereka harus melepaskan kekuasaan dan statusnya. Mereka perlu untuk memberikan kekuasaannya pada orang-orang di tim kerja mereka. Bahkan terkadang mereka perlu untuk mengorbankan dirinya dan mencari pekerjaan baru.

2. Budaya. Semua orang perlu untuk berpikir secara berbeda. Orang-orang perlu untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya. Mereka perlu untuk bisa merasakan bagian dari tim kerja mereka dan misi tim tersebut. Kita perlu untuk melepaskan fokus kita dari prioritas dan urusan kita sendiri.

3. Struktur. Kita perlu untuk melepaskan hirarki organisasi. Departemen-departemen fungsional harus dihapus dan kemudian kita perlu untuk membangun struktur baru. Dalam organisasi Agile yang sejati, pembangunan ini dilakukan oleh tim kerja dengan pemimpin mereka sebagai fasilitator, bukan dari atas ke bawah. Orang-orang membentuk kembali tim-tim mereka, apa yang mereka kerjakan dan peran-peran mereka di dalamnya.

4. Sistem Kinerja. KPI yang tradisional harus dihilangkan. KPI membuat orang berfokus pada diri sendiri. Kita mau berfokus kepada "kita". Pekerjaan dilakukan dalam tim, sehingga kinerja, hasil, dan efek harus diukur berdasarkan tim. Dan penghargaan harus dihubungkan ke level tim.

5. Penetapan Target. Penetapan target dari atas ke bawah harus dihilangkan. Pemimpin-pemimpin boleh memberikan arahan, tapi tim-tim kerja akan menentukan sendiri apa yang harus dikerjakan dan bagaimana melakukannya. Pemimpin dapat menjadi penengah dalam diskusi ini. Tim-tim kerja menetapkan target mereka sendiri dan bertanggung jawab atas target tersebut.

Organisasi Agile yang sejati juga mengerti bahwa penemuan kembali ini harus dilakukan oleh tim. Jika kita menerapkan sistem struktur, budaya, dan kinerja dari atas ke bawah, kita belum mencapai apa yang menjadi fokus dari prinsip Agile. Saya baru melihat sedikit perusahaan yang mengerti hal ini. Dibutuhkan keberanian dan direksi level atas yang berani untuk melepaskan hal-hal di atas dan kemudian percaya bahwa orang-orang mereka akan membentuk ulang jati diri tersebut.

Apakah organisasi Anda sudah memiliki lima jati diri di atas? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun