Tak terasa tahun 2021 ini Ekipa, perusahaan yang saya bangun,memasuki usianya yang kelima. Saya pun telah sering diundang menjadi pembicara terkait inovasi di beberapa perusahaan besar di Indonesia. Latar belakang saya membangun Ekipa adalah saya ingin membantu banyak orang dengan program agile innovation.Â
Fokus utama kami di Ekipa adalah agile. Sedangkan layanan utama kami di Ekipa adalah membantu perusahaan untuk memulai berinovasi. Kami telah memfasilitasi dan melatih ribuan orang di Jakarta untuk lebih mendalami tentang agile dan mengimplementasikannya secara benar.Â
Lantas, mungkin Anda bertanya, apa sebenarnya kaitan antara agile dan inovasi? Sebelum saya jelaskan, mari lihat gambar berikut ini:
Bagi kami di Ekipa, agile memiliki tujuan untuk mengubah cara orang bekerja. Cara mengubahnya adalah dengan mengubah hampir sebagian besar proses bisnis dari pendekatan waterfall menjadi pendekatan iteratif dengan cara bekerja lintas fungsi. Biasanya pendekatan ini terjadi di departemen IT. Perubahan pendekatan dengan cara kerja agile tersebut menjadi pilar pertama dari transformasi.
Pilar yang kedua adalah peta jalan (roadmap) digital. Roadmap ini biasanya diciptakan dari atas ke bawah. Apa maksudnya? Jadi biasanya perusahaan akan merekrut seorang konsultan dari perusahaan konsultasi besar untuk membantu mendefinisikan produk digital apa yang dibutuhkan pada tahun-tahun mendatang. Eksekusi nyata yang bisa dilakukan terkait roadmap ini adalah dengan membentuk tim yang agile dalam perusahaan.
Pilar ketiga dari transformasi adalah inovasi. Inovasi dapat datang dari berbagai sumber seperti perbaikan proses atau layanan, kolaborasi dengan startup luar, meluncurkan program startup di internal perusahaan, dan lainnya.
Sekali kita sudah memiliki tim yang agile dan kita telah mengelola tim tersebut dengan pengelolaan cara kerja yang agile maka kita sudah punya dasar yang kuat untuk memulai inovasi.
Satu hal besar yang saya pelajari beberapa tahun belakangan ini adalah bahwa lebih sulit memulai program inovasi dibanding memulai transformasi yang agile atau transformasi digital.
Transformasi agile biasanya dimulai dari bagian departemen IT. Orang-orang yang ada di departemen IT melihat akan kebutuhan bekerja dengan beriterasi dan memproduksi value setiap 2-3 minggu sekali. Penggeraknya bisa Kepala departemen IT-nya atau CIO.
Berbicara tentang transformasi digital maka bisa dikatakan tidak ada seorang pun di perusahaan yang akan berselisih paham tentang kebutuhan perusahaan untuk bertransformasi digital. Relatif mudah untuk mendapatkan dukungan agar perusahaan mau bertransformasi digital. Biasanya CIO atau pihak C-level lainnya yang akan memimpin jalannya transformasi digital. Sedangkan departemen IT yang akan membantu untuk membangun produk digital yang perusahaan inginkan.
Nah, beda halnya dengan inovasi. Inovasi menjadi hal yang tidak berwujud sehingga menimbulkan pertanyaan, "Apa itu inovasi?"