Mohon tunggu...
Hugo Indratno
Hugo Indratno Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk kebahagiaan

pemerhati pendidikan, budaya, dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Jadi Guru? Cermati 5 Hal Penting Ini!

17 Desember 2020   08:15 Diperbarui: 17 Desember 2020   08:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Tanzanian Classroom" by frankdouwes is licensed with CC BY 2.0. To view a copy of this license, visit creativecommons.org

Judul di atas, sebenarnya semacam refleksi dari perjalanan hidup saya pribadi dan cerita dari banyak Teman guru.

Apabila saya membuat dari intisari dari kemauan atau tekat seseorang menjadi guru, maka itu adalah panggilan menjadi abdi komunitas. Mengapa disebut abdi? 

Karena pada dasarnya, guru hanya mengabdi kepada idealisme manusia. Walau tentunya dalam perjalanan banyak benturan yang ternyata tidak membuat seorang guru jatuh dan hilang, melainkan membuat seorang guru mengerti bagaimana sebagai manusia harus menempatkan dirinya. Terasa kan idelaisme manusianya? 

Nah, 5 hal penting yang akan saya tulis ini sebenarnya bukan hal baru. Namun sangat penting untuk Anda semua membacanya dan ikut kembali disegarkan. Ayo, baca dengan seksama!

  1. Guru mengajarkan keberpihakan pada kebenaran, bukan kepentingan. Bagian ini menjadi hal pertama yang perlu dimengerti. Paling mudah untuk mengerti bagian ini adalah dengan memberi contoh guru matematika. Guru matematika akan mengatakan bahwa 3+5= 8. Untuk mencapai 8, guru matematika bisa memberikan contoh 4+4, 2+6, 2x4, dan banyak cara lainnya. Nah, angka 8 adalah kebenaran. Seorang guru tidak akan mengajar berdasarkan kepentingan supaya siswa menuruti kemauan tanpa kebenaran. Artinya? guru tidak membawa siswanya ke jalan sesat.
  2. Guru mengajarkan kata-kata dan fakta sejalan. Maksudnya, apa sih Mas? Begini, itu ada kaitannya dengan istilah menjadi "Role Model" alias menjadi panutan. Dalam konteks yang lebih bermakna lagi, guru menjadi salah satu sumber belajar menjadi karakter manusia yang utuh. Masih ingat dengan istilah bahasa Jawa bahwa guru itu "digugu lan ditiru" (dijadikan contoh dan ditiru contohnya). 
  3. Guru mengajarkan rasa ingin tahu yang bermanfaat. Seperti halnya seorang anak yang selalu bertanya tentang hal-hal baru yang dilihat, maka guru pun senada. Guru akan mengajak anak-anak untuk asyik dengan pertanyaan yang saling susul menyusul. Pertanyaan yang diberikan pun bukan lagi mengenai "apa" melainkan "mengapa" dan "bagaimana" atau "menurut kamu bagaimana?". Semuanya bermuara oada menyulut rasa ingin tahu yang bermanfaat. Guru yang baik akan menggunakan keingitahuan pada arah yang bermanfaat tidak hanya bagi anak didiknya, tapi juga menggerakkan mereka untuk menggunakan rasa ingin tahunya dalam manfaat bagi orang sekitar.
  4. Guru mengajarkan keterbukaan dan kerendahatian. Ketika seorang guru dengan terbuka meminta maaf karena salah mengucapkan kata karena "keseleo lidah", maka itu adalah contoh kecil yang baik. Ketika seorang guru terlambat karena kesalahan kurang awal berangkat dari rumah, dan serta merta mengatakan, "maaf anak-anak, Ibu terlambat karena berangkatnya tadi kesiangan. Terima kasih kalian sudah menunggu dengan tenang", maka anak-anak mendapatkan contoh yang baik. Apabila dibalik, ketika seorang anak terlambat dan meminta maaf, maka seorang guru selayaknya mengambil sikap menerima maaf dan memberikan motivasi harapan agar ke depannya jalannya ke sekolah lebih lancar. 
  5. Guru melihat kemampuan yang tersembunyi dan tidak memvonis. Sebagai seorang yang lemah, saya kadang melihat ada beberapa anak didik yang memiliki harapan akademis tipis dibandingkan teman-temannya. Nah, pemikiran memvonis tersebut seringkali salah. Kemampuan akademis tidak menunjukkan indikasi kuat bahwa seorang manusia akan berhasil dalam hidup nayatanya di kemudian hari. Seringkali, mereka yang terlihat lemah dalam sisi akademis, ternyata jiwa yang hebat dalam interpersonal atau kadang dalam motoriknya. Lihatlah apa yang tersembunyi seperti halnya Anda semua mendapatkan diri "tertambat" pada apa yang Anda geluti sekarang.

Nah, bagaimana? masih ingin menjadi guru? Itu tadi hanya 5 hal yang dapat saya rangkum. Masih banyak lainnya. Paling tidak, yuk cermati 5 hal di atas terlebih dahulu. 

salam,
H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun