Internet, salah satu inovasi paling signifikan dalam sejarah umat manusia, yang telah mengubah cara hidup, bekerja, dan berkomunikasi. Sebagai sarana terbaik bagi umat manusia, internet menyediakan akses tak terbatas ke berbagai informasi, hiburan, komunikasi global, dan juga peluang bisnis. Dari pencarian informasi ilmiah hingga memainkan game online, internet memudahkan segala aktivitas yang dulunya memerlukan banyak waktu dan tenaga. Namun, seperti pisau bermata dua, internet juga menghadirkan tantangan, seperti penyebaran konten terlarang dan masalah privasi.
Sejarah internet dimulai pada tahun 1969, ketika ARPA (Advanced Research Projects Agency) dari Amerika Serikat menciptakan ARPANET, jaringan komputer pertama yang memungkinkan pertukaran data antar komputer melalui protokol yang dikenal sebagai TCP/IP. ARPANET adalah cikal bakal internet modern yang terus berkembang hingga menjadi jaringan global yang kita kenal saat ini. Dalam beberapa dekade terakhir, internet telah mengalami perkembangan pesat, dari sekadar jaringan komunikasi militer dan akademis menjadi infrastruktur global yang mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia.
Internet seolah-olah sebagai pedang bermata dua, hal ini tergantung pada penggunanya. Sebuah pedang bisa digunakan untuk memotong ke dua arah yang berbeda. Semua tergantung penggunanya, apabila pengguna memiliki niat yang baik, maka output dari penggunaan internet tersebut adalah hal yang baik. Sebaliknya jika internet disalahgunakan oleh pemiliknya, maka hal yang dihasilkan akan buruk juga terhadap banyak pihak.
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, sering disebut sebagai generasi digital native karena mereka tumbuh di era di mana internet, media sosial, dan teknologi digital sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak seperti generasi sebelumnya, terutama generasi Millennial yang harus beradaptasi dengan teknologi seiring waktu, Generasi Z telah terpapar dengan teknologi sejak usia dini, menjadikan mereka lebih ahli dalam menguasai berbagai perangkat dan platform digital.
Prestasi Generasi Z
Prestasi Generasi Z dalam memanfaatkan internet sungguh luar biasa. Banyak di antara mereka telah memanfaatkan teknologi untuk menciptakan inovasi, berkarir di dunia digital, dan berpartisipasi dalam gerakan sosial secara online. Mereka telah berkontribusi dalam pengembangan aplikasi, menciptakan konten viral di platform seperti TikTok dan YouTube, serta menjadi pengusaha muda yang sukses di bidang e-commerce. Contohnya, Mahasiswa Unikom yang meraih juara pertama di kompetisi prestasi insan vokasi World Skills Competition (WSC) 2024 menunjukkan betapa mereka dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk kreativitas, pendidikan, dan kewirausahaan.
Namun, di balik kemajuan dan prestasi yang diraih, Generasi Z juga dihadapkan pada tantangan besar yang tidak bisa diabaikan. Meskipun internet menawarkan banyak manfaat, ia juga merupakan sumber godaan yang kuat. Generasi ini menghadapi masalah yang belum pernah dialami oleh generasi sebelumnya, seperti akses mudah ke konten yang tidak sesuai, kecanduan media sosial, serta ancaman keamanan siber, termasuk penipuan dan pencurian identitas. Tantangan-tantangan ini menuntut Generasi Z untuk lebih bijaksana dan kritis dalam menggunakan teknologi, serta mendorong perlunya pendidikan dan kesadaran akan risiko yang ada. Dengan pendekatan yang tepat, mereka dapat terus berinovasi dan berkontribusi positif di dunia digital.
Fenomena Negatif Internet
Salah satu tantangan yang semakin mengkhawatirkan adalah maraknya judi online. Aktivitas pertaruhan uang yang dilakukan secara daring ini tidak hanya menjangkiti Generasi Z, tetapi juga melibatkan kalangan dewasa, termasuk anggota DPR yang terperangkap dalam perjudian saat sidang berlangsung. Fenomena ini menunjukkan bahwa dampak negatif internet tidak mengenal batas usia.
Prestasi yang dimiliki Generasi Z seringkali tercermin dari aktivitas online mereka. Namun, perlu dicatat bahwa menurut artikel dari Indonesiabaik.id, rata-rata mereka menghabiskan waktu hingga 6 jam setiap harinya untuk menjelajahi internet. Dengan waktu yang cukup besar ini, sangat penting bagi mereka untuk menggunakan teknologi secara bijak agar tidak terjebak dalam godaan yang bisa merugikan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Tanpa adanya batasan, banyak hal yang tidak diinginkan bisa terjadi.
Kebiasaan penggunaan internet yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi akibat tekanan sosial di dunia maya. Meskipun Generasi Z telah menguasai teknologi dengan baik, kemampuan untuk membedakan antara manfaat dan risiko dunia digital menjadi kunci penting bagi mereka agar dapat terus berkembang tanpa terpengaruh oleh dampak negatif yang mungkin timbul. Di samping itu, tanpa adanya pendampingan dari orang tua, Generasi Z mungkin akan kesulitan dalam memahami mana yang benar dan salah saat berselancar di dunia maya. Oleh karena itu, kolaborasi antara generasi dan peran aktif orang tua sangat diperlukan untuk membantu mereka navigasi dengan bijak di dunia digital, sehingga potensi positif dari internet dapat dimanfaatkan sepenuhnya tanpa terjerumus dalam risiko yang ada.