Mohon tunggu...
fadilahudini
fadilahudini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mimpi di Meja Belajarku

19 November 2017   07:53 Diperbarui: 19 November 2017   08:02 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, berbicara soal mimpi seperti membawa kita ke dunia imajinasi yang membebaskn kita untuk menjadi apa saja yang kita inginkan. Ya, mimpi lah yang membuat kita tetap berusaha untuk  melakukan sesuatu yang terbaik. Tapi dimanakah kalian menyimpan mimpi kalian agar mimpi itu tetap terjaga sampai kita mencapainya?

Didalam pikiran, itu lah yang kulakukan selama ini. Aku hanya menyimpan mimpi didalam pikiran saja, yang terkadang membuatku ragu apakah benar itu adalah mimpiku? Apakah betul aku bisa mewujudkan mimpi tersebut? Apakah pantas aku memiliki memimpikan itu? kemudian aku melupakannya. sampai suatu saat seseorang menyadarkanku.

Saat itu, aku masih menjadi mahasiswa baru yang masih polos-polosnya dan mungkin masih mengalami culture shock dengan dunia perkuliahan. Saat itu aku duduk berseragam hitam putih rapi dengan sepatu pantofel dilengkapi name tag dan tak tertinggal pita berwarna orange menghiasi baju putihku. Ya, kami sedang mengikuti masa ospek saat itu. Didepan ruangan beridi seorang pria penuh karisma (kemudian mata kami terbelalak), beliau lah menjadi pembicara saat itu. 

Katanya, beliau sering memajang mimpinya di kamar, dan hal tersebut memberikan semangat kepadanya untuk terus berusaha untuk mewujudkan mimpi tersebut, beliau juga menuliskan janji bahwa beliau akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan mimpi tersebut dilengkapi dengan tandatangannya, kemudian beliau menempelkan kertas tersebut didinding kamarnya. Lantas, beliau cerita panjang lebar mengenai perjalanan hidupnya yang penuh motivasi. Setelah itu, beliau meminta kami untuk membuat janji untuk diri sendiri bahwa kita akan melakukan hal terbaik untuk diri kita, dilengkapi dengan tandatangan dibawahnya. Sampai disitu aku masih biasa aja sih, belum tersugesti apa.

Di suatu malam, ketika kegabutan melanda, kertas lipat dan double tip adalah santapan yang empuk untuk menghilangkan kejenuhanku. Aku senang sekali menempelkan sesuatu di dinding kamarku. Kemudian, aku teringat kertas itu. Kertas perjanjian antara aku dan diriku sendiri yang kubuat saat mengikuti OPSEK. 

Kemudian, dengan iseng-iseng aku tempel itu kertas dipintu lemari buku-ku. Lalu keisenganku berlanjut sampai aku menuliskan mimpi-mimpi yang ingin kuwujudkan selama menjadi mahasiswa dikertas warna. Kemudian tangan ini tiba-tiba gatel ingin menempelkan kertas-kertas tersebut didinding kamar kostku, tidak langsung aku turuti. Terjadi perdebatan sengit didalam hati.
"Tempel saja, biar jadi motivasi kamu supaya terkabul" bisik si aku yang berbaju putih.

"Gak usah ditempel, nanti ada temen kamu baca kan malu, norak amat" bisik aku yang berbaju merah dilengkapi tanduk dan tongkat.

"Gak usah malu, kan itu mimpimu. Tempel saja, biar semangat" bisik si putih lagi.

"Gak usah deh, mimpi kamu cukup kamu aja yang tahu, orang lain gak usah tahu. Mereka gak akan mau tahu, lagian kamu bakalan malu kalau kamu gak bisa mewujudkan mimipi terbebut." Si merah meyakinkanku.

"udah, ketibang tempel doang, kamar-kamar kamu." Bisik si putih
"ih norak amat, gimana kalau temenmu nanti baca terus dia bilang, ih mimpinya ketinggian, emang kamu bisa ngewujudkannya?" si merah semakin membuatku khawatir.

"yaampun, gak usah banyak mikir, udah tempel aja, terus kamu lakukan yang terbaik dan berdoa biar mimpi itu bisa terwujud, kalau pun tidak terwujud, seengganya kamu sudah berani bermimpi dan berusaha" siputih pun semakin keukeuh.

Kemudian setelah menimbang , mengingat dan memutuskan, akhirny aku memantapkan hati untuk menempelkan mimpi itu dimeja belajarku. Ini agak lebay, tapi ini emang berat karena ini menyangkut mimpi dan harga diriku. (tuh kan lebay wkwk). Mimpi yang kutuliskan sih mungkin bagi sebagian orang hanya mimpi yang sangat sederhana, tapi bagiku itu mimpi yang harus kuwujudkan semasa perkuliahan. 

Akhirnya, mimpi-mimpi itu berjejer rapi dimeja belajarku, dan benar saja ketika teman-temanku datang ke kostanku, (kebetulan kostanku sering dijadikan basecamp kami) aku sedikit malu, bukan, bukan sedikit, tapi malu ketika temanku membacanya, ya mereka pasti membacanya, meskipun mereka tidak berkomentar apa-apa, tetap saja aku malu, malu kalau tidak bisa mewujudkannya. Nah, dapat satu motivasi.

Dan benar saja guys, setelah aku menempelkan mimpi-mimpi itu, semakin aku membacanya semakin bertambah pula motivasiku untuk mewujudkan mimpi tersebut. Semakin sering mimpi-mimpi tersebut masuk dalam deretan doaku. Ketika datang kesempatan baik untuk mewujudkannya dan aku semkin sadar bahwa it's time to take a chance and make a change. 

Mimpi-mimpi sederhana itu diantaranya adalah aktif dikelas selama perkuliahan, aktif mengikuti organisasi dikampus, lulus 3,5 tahun, dapet IPK 4, lulus cumlaude, dapet beasiswa, dapet beasiswa pertukaran pelajar ke Jepang. Sederhana kan, hanya mimpi seorang mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, mimpi itu tidak langsung terwujud, tetapi aku tetap berusaha dan berdoa, mungkin waktunya belum pas, dan sempat terpikir ah tidak apa walaupun tidak terwujud, aku bisa membuat mimpi yang lain.

Aktif dikelas saat perkuliahan, mungkin untuk sebagian orang ini adalah hal yang biasa dilakukan, tapi bagiku ini adalah sebuah mimpi yang keren. Pasalnya, aku ini orangnya memang agak pemalu (dan kadang-kadang malu-maluin wkwk), kaki dan tanganku bisa bergetar hebat tak karuan setelah aku mengacungkan tangan kemudian kelas menjadi hening, mengerikan. 

Aku merupakan salah satu orang yang berpikir puluhan kali untuk mengemukakan pendapat dikelas, yang berujung pada pilihan untuk menjadi pendengar yang baik, sekalipun aku tahu jawaban yang ditanyakan oleh guru, aku tidak pernah berani melakukan hal mengerikan itu. Itu yang kulakukan saat SMP dan SMA. Tapi aku ingin sekali menghilangkan ketakutan itu, dan aku merasa inilah saatnya. Tapi, nyatanya menghilangkan ketakutan itu tidak semudah yang aku bayangkan, terlebih diperkuliahan ini kita harus berpikir kritis, karena pembalajaran tidak hanya berkisar pada teori yang ada dibuku semata, tetapi bagaimana juga gejala-gejala sosial dimasyarakat, terlebih teman kelasku pada kritis, semakin ciutlah nyaliku.  

Semester 1,2,3  aku masih saja kaku, terkungkung oleh nyaliku yang ciut. Setiap kali aku kembali membaca mimpi dimeja belajarku, aku semakin kesal sendiri, kenapa susah sekali untuk mewujudkannya, kemudian aku kembali berjanji pada diri sendiri untuk terus mencoba. Akhirnya disemester empat aku mulai mencobanya, dan benar saja masih saja tangan dan kaki ku bergetar hebat setelah aku mengacungkan tangan, padahal aku hanya memberikan tanggapan terhadap temanku yang sedang presentasi, tetapi dari situ aku semakin penasaran dan semakin ingin mencoba. Ketika aku ditawarkan untuk menjadi moderator, aku sebenernya ingin menolaknya, tetapi teman sekelompoku tidak ada yang mau, dan terpaksa aku mengalah, dan ternyata menyenangkan juga ya. Dari sana rasa kengerianku sedikit demi sedikit berkurang. Yash, aku berhasil mewujudkan salah satu mimpiku.

Aktif dalam organisasi, ini juga mungkin hal yang biasa saja bagi sebagian besar orang, tapi bagiku yang dari SMP anti organisasi, ini hal yang wow. Sejak SMP aku memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, pernah ikut basket karena ikut-ikutan temen alias kabawa ku sakaba-kaba dan itu tidak bertahan lama :p Kemudian sekolah mewajibkan seluruh siswa untuk mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler, tentu saja aku kebingungan memilih ekstrakurikuler yang cocok denganku, yang tidak terlalu sering kumpul wkwk Ya, didapatlah salah satu ekstrakurikuler dan memang ekstrakurikuler tersebut tidak terlalu banyak kegiatannya. 

Suatu hari, ada bewara penerimaan anggota OSIS, dan setiap ekstrakurikuler diharuskan untuk mengirimkan kandidatnya minimal dua orang, dan aku mendapatkan tawaran untuk menjadi salah satu kandidatnya, dan jawabannya pasti Big No!! Udah kebayangkan aku ini orangnya macam apa? :D Lanjut ke SMA, aku mulai tertarik dengan dunia organisasi, akhirnya aku mengikuti salah satu ekstrakurikuler dengan kesadaran diri sendiri dan karena faktor X juga sih haha. 

Dan aku belum sadar sepenuhnya, karena masih suka kabur-kaburan ketika rapat wkwk. Tapi semua berubah ketika aku diamanahkan menjadi sekretaris bidang, itu artinya aku kudu sering-sering kumpul :(( masih belum eling wkwk. Baru setelah menjadi mahasiswa, aku baru eling, aku baru menyesalinya, kenapa dari dulu sering mengabaikan kesempatan yang datang? kenapa? Kenapa? Ah apalah artinya sesal diakhir, tapi da kalau diawal mah namanya pendaftaran :((. Maka dari itu, ketika di Kuliahan aku memutuskan mengikuti BEM dengan kesadaran hati nurani, kemudian masuklah aku menjadi anggota Departemen Sosial Politik, dan aku tetep masih suka kabur kalau ada rapat, yaampun susah pisan ngilangin penyakit ini, kayanya sudah mendarah daging. 

Di periode berikutnya, aku memutuskan untuk tidak mengikuti BEM lagi (makin jadi), tapi kemudian temanku menawariku untuk menjadi bendahara umum 2, betapa reuwasnya aku, tiada angin tiada hujan, kenapa mesti aku yang kalau rapat sering kabur-kaburan ini? Pikirkan saja dulu, katanya. Ah ini keputusan berat, sesekali muncul kata baiklah, seketika itu juga muncul beribu kata tapi. Kemudian, aku ingat mimpi yang telah aku tulis yang  masih  berbaris rapi dimeja belajarku, aktif organisasi. Setelah melalui pertimbangan yang panjang, akhirnya aku berani mengambil kesempatan itu. Aku jadi teringat ketika aku mengabaikan kesempatan yang datang untuk menjadi anggota OSIS, oke aku tidak boleh mengulanginya. Yas, dua mimpi terwujud.

Mendapatkan beasiswa, merupakan impian bagi setiap orang. Tidak tertinggal, aku juga menginginkannya, terlebih UKT ku terlalu mahal bagiku. Kemudian, alhamdulillah aku mendapat beasiswa PPA (Penginkatan Potensi Akademik) ditahun ketiga kuliahku. Meskipun bukan beasiswa full, tapi aku bersyukur bisa menyicip manisnya beasiswa. Alhamdulillah. Tiga impian, terwujud.

IPK, memang bukan ukuran pintar tidaknya seseorang mahasiswa. Tapi, mungkin itulah hal yang dapat kita tunjukkan kepada orangtua kita sebagai bukti kuantitatif bagaimana kita menjalani proses perkuliahan, karena sebenernya yang lebih penting adalah bukti kualitatif berupa perubahan tingkahlaku kita ke arah yang lebih baik, menjadi manusia yang lebih manusia. Tetapi siapa sih yang tidak senang kalau dapet IPK 4? Mungkin ada yang merasa biasa aja, tapi jujur aku pasti seneng kalau dapet IPK 4. Sebenernya, impianku tentang yang satu ini tidak begitu aku permasalahkan karena aku sadar diri gimana gaya belajarku, masih suka males, dan sering mengandalkan the power of kepepet. Tapi, tanpa sengaja mimpi ini terwujud ketika aku mengikuti SP (Semester Pendek). Tapi, ingat, ini bukan ukuran kepintaran seorang mahasiswa. Empat impian, terwujud.

Dapat beasiswa pertukaran pelajar ke Jepang, mimpi ini terisnpirasi oleh kakak tingkatku yang mendapatkan kesempatan untuk mengikurti kegiatan pertukaran peajar ke Jepang, tapi ini sulit untuk ku wujudkan, meskipun aku menyukai bahasa jepang saat itu. Aku pun mengikhlaskan mimpi itu, karena pada saat itu aku sudah menginjak tingkat tiga. Tapi, kemudian, disemester 6 ada kesempatan untuk mengiuti kegiatan KKN-PPL Terpadu di Thailand Selatan selama 5 bulan, kemudian aku mencoba mengikuti seleksi dengan teman-temanku, dan alhamdulillah Allah mempercayakan aku dan teman-temanku untuk mengikuti kegiatan tersebut. Satu mimpi, terganti.

Lulus 3,5 tahun? Hal yang ditargetkan oleh sebagian besar mahasiswa. Tapi, bisakah aku mewujudkannya? Mengingat banyak orang yang bilang skripsi itu sesuatu yang mengerikan! Bukannya apa-apa, aku ingin lulus 3,5 tahun agar orang tuaku tidak perlu membayar UKT lagi untuk semester berikutnya. 

Tapi, sepulang dari Thailand dalam rangka kegiatan KKN-PPL, aku hanya memiliki waktu 4 bulan untuk menyelesaikan skripsiku, setelah menyelesaikan ujian dan laporan KKN-PPL yang tidak kunjung di ACC, kemudian aku teringat kertas mimpi itu lagi, aku merenung sejenak, harus kucoba. Aku pun terus berusaha semaksimal mungkin, berkat pertologan dan izin Allah, do'a orang tua serta dukungan dan bantuan teman-teman, aku berhasil mengikuti sidang skripsi gelombang dua, meskpiun ACC dosenya tepat dihari penutupan pendaftaran sidang. Yash, enam mimpi terwujud.

Setelah sidang di Bulan April, kemudian aku mendaptkan SKL (Surat Keterangan Lulus) dan itu bisa dijadikan modal untuk melamar kerja hehe. Karena sidang di Bulan April, bulan dimana wisuda gelombang satu dilaksanakan, itu berarti aku harus ikut sidang gelombang dua dan itu berarti aku harus menunggu selama 4 bulan wkwk. Akhirnya aku pulang kampung dan alhamdulillah mendapatkan pekerjaan. Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga, yeay wisuda, dan ini juga mewujudkan salah satu mimpi yang juga ikut berbaris di meja belajarku, cumlaude.

Nah itulah pengalamanku mengenai mimpi yang berbaris rapi dimeja belajarku. Aku masih ingat mimpi itu kutulis dalam kertas warna orange dengan spidol hitam. Jadi guys, jangan malu untuk bermimpi, tulislah mimpi kalian dikertas atau apapun, sehingga semakin kalian membaca mimpi tersebut semakin bertambah pula energi untuk mewujudkannya, semakin bertambah pula kekhusyuan untuk mendoakannya, semakin bertambah pula energi positif untuk memepercayai bahwa you deserve it baby! Bukankah Allah sesuai prasangka hamba-Nya? Semoga bermanfaat J

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun