Penulis: Novita Hidayatun Nufus
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan melalui pendampingan inisiasi eduekowisata Bukit Cahaya yang dilaksanakan dengan mitra sasaran Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rangsot Desa Sigar Penjalin Lombok utara dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pendapat mitra sasaran.
KSM Rangsot merupakan kelompok usaha masyarakat dusun Rangsot Desa Sigar Penjalin yang saat ini menaungi 3 kelompok usaha, yaitu 1) kelompok usaha olahan mete, 2) kelompok usaha budidaya dan olahan trigona, dan 3) Wisata Bukit Cahaya. Bukit Cahaya yang saat ini dikelola oleh KSM Rangsot sebagai lokasi perkemahan memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat berkembang. Lokasinya yang menghadap perairan menuju Gili Matra menghasilkan pemandangan indah yang dapat dinikmati oleh pengunjung.Â
Berdasarkan hasil diskusi dengan mitra, upaya yang ditawarkan sebagai solusi terhadap permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan kawasan Bukit Cahaya dan sekitarnya sebagai destinasi wisata dengan pendekatan berbasis Edu-ekowisata. Inisiasi kawasan Bukit Cahaya sebagai destinasi Edu-ecowisata dapat dimulai dengan mengidentifikasi dan menata tanaman-tanaman yang berada di sekitar Bukit Cahaya, serta menata lanskap Bukit Cahaya dengan tanaman yang tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi melainkan juga dapat dikonsumsi. Salah satu kelompok tanaman yang potensial ditanam adalah edible flower.Â
Pengembangan budidaya edible flower sebagai langkah awal inisiasi Bukit Cahaya sebagai destinasi Edu-ecowisata tidak hanya memberikan keuntungan secara langsung seperti dapat mempercantik kawasan Bukit Cahaya ataupun dapat dijual ke restauran yang ada di wilayah Gili Matra, namun juga berperan sebagai sumber makanan bagi budidaya lebah trigona yang ada di sekitar Bukit Cahaya. Edible flower adalah jenis tanaman hias yang dapat dikonsumsi karena karakteristik bunga berdasarkan kandungannya serta teknikbudidayanya yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik. Untuk itu, dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis kemitraan yang berjudul 'Pendampingan Inisiasi Edu-ekowisata Bukit Cahaya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rangsot, Desa Sigar Penjalin Kabupaten Lombok Utara'.
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan transfer pengetahuan mengenai konsep Edu-ekowisata, transfer teknologi budidaya edible flower kepada mitra, serta pendampingan sosialisasi dan branding Bukit Cahaya sebagai destinasi Edu-ekowisata.
Kegiatan pengabdian dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu; 1) Focus Group Discussion (FGD) penyamaan persepsi dengan mitra; 2) Pelatihan pengelolaan eduekowisata; 3) Pelatihan pemasangan dan pemeliharaan teknologi irigasi tetes; 4) Pelatihan budidaya edible flower, 5) Pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati, dan 6) Pelatihan promosi dan pemasaran digital. FGD penyamaan persepsi dengan mitra sasaran, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Rangsot.
Inisiasi Edu-ekowisata Bukit Cahaya diawali dengan pelatihan mengenai konsep dan pengelolaan eduekowisata. Kegiatan pelatihan pengelolaan eduekowisata dilakukan melalui penyuluhan dan pelatihan dan diselenggarakan pada 24 Agustus 2024. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pengurus dan anggota KSM serta tokoh masyarakat dusun Rangsot barat. Hasil pelatihan berupa beberapa jalur tracking yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola Bukit Cahaya untuk menarik wisatawan.
Selanjutnya, dilakukan penataan lanskap kawasan Bukit Cahaya dan sekitarnya. Penataan lanskap tersebut salah satunya dilakukan dengan budidaya edible flower  yang tidak hanya berfungsi mempercantik kawasan Bukit Cahaya, melainkan juga berperan sebagai penyedia sumber makanan bagi budidaya madu trigona yang ada di sekitar kawasan serta dapat dijual langsung sebagai sumber pemasukan mitra. Budidaya edible flower berbeda dengan budidaya bunga potong yang biasanya menggunakan pupuk dan pestisida sintetis. Hal ini karena edible flower merupakan bunga yang dikonsumsi segar sehingga bunga-bunga tersebut harus benar-benar bebas residu dari bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, teknik budidaya edible flower yang tepat adalah secara organik.
Salah satu pembeda sistem pertanian organik dengan sistem pertanian konvensional adalah penggunaan pupuk organik atau hayati serta pestisida nabati yang bebas dari bahan kimia sintetik. Â Untuk itu dilaksanakan Pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati pada 31 Agustus 2024 yang dihadiri oleh seluruh anggota KSM Rangsot dan warga di sekitar Bukit Cahaya. Pada pelatihan budidaya edible flower tersebut, peserta diajarkan membuat pupuk kompos dari sisa-sisa bahan organik di sekitar.
Dalam penanaman edible flower, kebutuhan air juga tidak kalah penting. Hal ini karena kekurangan ataupun kelebihan air akan dapat menyebabkan terjadinya gugur bunga sehingga produksi bunga akan turun. Sumber air yang digunakan juga tidak boleh menggunakan air irigasi yang telah tercemar residu pupuk dan pestisida sintetik. Untuk itu, dilaksnakan juga Pelatihan pemasangan dan pemanfaatan irigasi tetes untuk mendukung budidaya edible flower di Bukit Cahaya pada tanggal 20 September 2024. Kegiatan ini disambut dengan sangat baik oleh anggota KSM serta masyarakat.