Mohon tunggu...
Imam Syamsul Huda
Imam Syamsul Huda Mohon Tunggu... -

Makhluk sisa-sisa feodalisme, terlahir dari kaum proletar yang terus bermimpi tentang arti "merdeka" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Mbuh

26 Mei 2015   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah seorang pemuda

Kampungan nan pemalu

Pendiam dalam setiap tawa

Kesedihan terus menghujam

Dalam benak yang selalu kosong

Berlari melawan kekuatan angin

Berjalan dalam kegelapan

Bising yang selalu didengar

Tak ada satu pun kata terucap di setiap perjalanan

Pedomannya hanya mimpi

Mimpi tinggi setinggi tingginya

Hingga ia terhempas jauh sejauh jauhnya

Kehidupan nan berat tanpa perlawanan

Ikuti nadir untuk bertahan hidup

Membisu membuta dan mentulikan

Kehidupan makna sekitar

Pemuda ini kerap menangis

Mengais tawa dalam setiap kesedihan

Pemuda ini kerap marah

Rona wajah terbakar kusam

Mati langkah di persimpangan jalan

Hendak lari belok kemana

Pertaruhan prinsip kehidupan

Tak mampu jejakkan kaki lebih tegap

Hanya ikuti perkembangan dunia

Menilik senyum semenjana

Pemuda tak tau arah

Dibutakan keadaan yang terlalu dinamis

Terlalu egois, pragmatis

Dilengkapi manusia yang oportunis

Akhirnya ia diam bisu, diam dan mati langkah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun