Masalah pendidikan remaja menjadi luar biasa rumitnya bila remaja itu tidak sekolah, tidak kursus, tidak bekerja secara tetap. Menganggur cepat sekali membawa remaja ke arah kenakalan; kenakalan itu dengan cepat pula berkembang menjadi kejahatan. Mengapa demikian? Ya, memang begitu.
Orang yang menganggur biasanya akan merasakan bahwa dirinya tak berdaya dalam arti dia tak mampu melakukan apa-apa; mereka juga merasa kadang-kadang tidak berguna lagi untuk orang lain apalagi masyarakat. Celakanya, masyarakat pun ikut serta mencemoohkan remaja yang menganggur. Masyarakat sering menganggap kalau orang yang menganggur adaah orang yang malas, jangankan belajar bekerja pun malas. Pemikiran ini sering merenggut motivasi dari remaja yang pengangguran ini.
Remaja pengangguran itu sendiri kelebihan tenaga dan tidak tersalurkan, ia bahkan masih memerlukan biaya hidup (apalagi bila dia perokok) dan selalu minta kepada orang tuanya. Dengan berjalannya waktu lama-lama ia malu dalam keadaan seperti itu. Maka ia sering minta kepada teman-temannya, lalu ngompas (memeras kecil-kecilan), dan hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan berkembang menjadi seorang perampok, penjahat, bahkan pencuri yang menyebabkan pandangan masyarakat kepadanya menjadi tidak baik. Bila orang menganggur; seolah-olah lengkaplah sudah persyaratan untuk menjadi remaja nakal atau bahkan menjadi remaja bandit.
Dalam menghadapi hal ini, tentu usaha pertama yang terbaik adalah memperkuat pendidikan dan pengamalan agama pada anak. Agama akan berpengaruh untuk membendung tindakan nakal dan kriminal. Mencemoohkan anak yang menganggur tidak ada manfaatnya; memberi nasihat agar sabar adalah tindakan terpuji. Disinilah orang tua harus mengambil andil dalam penanaman nilai agama, salah satu hal yang orang tua bisa lakukan yakni kalau anak kita tidak sekolah lagi, maka segeralah dicarikan atau diberi pekerjan untuk mengisi waktu luangnya.
Dan jikalau anak kita masih ingin melanjutkan sekolah, maka masukkanlah dia ke lembaga pendidikan Islam artinya disana dia mendapatkan ilmu dunia dan juga mendapatkan ilmu akhirat, serta tidak lupa pula untuk memberikan motivasi atau dorongan-dorongan agar meningkatkan semangat dalam dirinya untuk selalu belajar, belajar dan belajar. Â
Bila belum ada pekerjaan, suruhlah mereka untuk mengikuti kursus yang sesuai dengan minat serta hobbi dari mereka; dalam kursus itu mereka selalu berusaha mencari peluang untuk bekerja. Tanamkan pula pada mereka bahwa semua pekerjaan itu adalah baik. Tanamkan juga bahwa yang penting adalah bekerja dan mencintai pekerjaan. Gaji atau imbalan dari pekerjaan adalah nomor dua (tidak begitu penting). Jadi orang tua kadang-kadang juga harus mensubsidi anaknya sekalipun ia sudah bekerja. Itu jauh lebih baik dari pada memberikan uang kepada anak yang menganggur.
Menganggur itu adalah kegiatan yang berbahaya, bagi jiwa dan juga bagi raga. Ayah, ibu, paman, dan juga masyarakat hendaknya tidak menghina pengangguran muda itu. Berusahalah memberikan motivasi bagi dirinya agar tidak menjadi pengangguran lagi, bila perlu berusahalah masing-masing mencarikan atau memberikan pekerjaan untuknya.
Orang yang menganggur mudah sekali tersinggung, ini bisa saja menimbulkan tindak kejahatan yang dapat merugikan. Maka perkuatlah pendidikan agama dan pengamalannya, jika pendidikan agamanya kuat maka semuanya akan menjadi lebih baik.
Hidup di tengah teknologi yang maju tentu amat sulit karena kebutuhan akan tenaga kerja semakin kecil. Ini berarti bahwa pendidikan anak remaja semakin rumit. Masalah tenaga kerja ini sebenarnya bukan masalah ayah-ibu dalam rumah tangga saja , akan tetapi ini sudah menjadi permasalah yang "mendarah daging" di dalam pemerintahan. Pemecahan menyangkut politik pendidikan dan politik ketenagakerjaan secara umum.
Pemerintah hendaknya memberikan banyak peluang kerja kepada masyarakat khususnya orang-orang yang menganggur. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu membuat lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya, karena dengan melakukan itu akan terjadi pengurangan jumlah pengangguran khususnya di Indonesia. Remaja yang pengangguran ini adalah generasi emas, sehingga kalau tidak bisa dimanfaaatkan sungguh merugilah negara indonesia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H