Sungguh ironis para pembuat konten prank, mereka tidak berperasaan.
Pada era digital yang semakin luas, Marak sekali tragedi gurauan atau guyonan yang sering kita sebut prank. Prank banyak dijadikan bahan topik untuk membuat konten seperti orderan yang dibatalkan maupun orderan fiktif ojek online(ojol), yang kemudian di upload pada dunia maya untuk menjadi terkenal dan menjadi trending topic lewat konten yang mereka buat.
Demi mencari uang, mereka para pengemudi ojek Online mengantri pesanan yang telah ia terima dari pelanggan lewat aplikasi yang tersedia. Banyak curhatan tentang prank yang dinilai dari para driver ojek online tidak pantas dan tidak manusiawi, karena mereka membeli pesanan untuk pelanggan lewat uang mereka terlebih dahulu nantinya akan dibayar oleh pelanggan.Â
Tindakan prank yang mereka lakukan kepada driver ojek online mungkin merasa sebagai candaan namun bagi para pengendaa ojol hanya bisa terdiam karena kehilangan uang mereka, rasa kesal dan pedih yang harus mereka lalui kerena prank tersebut. Saya yakin mereka berjuang mencari uang tidak semudah membalikkan telapak tangan, mereka harus rela mengantri 1 jam untuk satu orderan
Mungkin awalnya adalah berniat membuat konten yang menghibur atau mencari sensasi, namun sekarang prank dapat menimbulkan keresahan bagi para driver ojek online.
Pengemudi ojek online adalah bagian  mitra para pelaku bisnis ojek online atau bisa disebut sebagai partner yang menjalin kerja sama dan telah berkontribusi untuk memudahkan masyarakat dalam hal transportasi ojek, mereka tidak ada jaminan asuransi kesehatan.
Alvita Chen selaku senior manager corporate affairs GOJEK meminta kepada masyarakat agar dapat menghargai keberadaan partner mereka dengan tidak membuat konten prank atau orderan fiktif yang telah marak terjadi.Â
Sudah selayaknya bagi kita masyarakat harus saling menghargai kerja keras yang dilakukan oleh para driver ojek online. Menjadi driver ojek online adalah pilihan sebagai pekerjaan yang mereka jalani untuk menghidupi kebutuhannya maupun keluarganya. Sebagai makhluk sosial, kita sejatinya harus dapat menghargai apa yang mereka lakukan, serta menghargai keberadaan keberadaan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H