Kami memarkirkan kendaraan di depan rumah warga. Turun dari mobil kemudian menyebrang jalan masuk ke sebuah lorong yang menanjak. Nafasku hampir putus.
Sebuah bangunan tiga lantai masih belum rampung. Bahkan warna cat dinding pun belum merata.
Laila, seorang Q Grader; penilai kopi berjalan terlebih dulu mendekati pintu berwarna putih bergagang karat, saya berhenti sejenak memandang bangunan itu.
"Yuk masuk!" suaranya memecah keheningan ku.
Sama sekali tidak ada nuansa kalau tempat yang saya datangi ini merupakan sebuah kedai kopi yang fancy seperti tren anak muda kekinian saat ini.
Bagaikan masuk ke sebuah kasino dengan membawa sekoper uang untuk dihabiskan di tempat tersebut. Tertulis kecil di pintu masuk nama "Beskabean Coffee Roastery".
Itulah pertama kali saya menikmati secangkir Arabika Semendo yang diseduh oleh Hendra Susanto.
Tren Bisnis Kopi dan Perkembangannya
Minum kopi sudah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup. Jumlah kedai kopi di Palembang terus tumbuh menjadi bisnis yang menggiurkan seperti cendawan di musim hujan. Dalam satu bulan bisa tumbuh 3 hingga 5 kedai kopi dengan berbagai konsep yang diusung.
Dari 6 dari 10 orang pemilik kedai kopi yang saya tanyakan, hampir rata-rata mereka memiliki pangsa pasar tersendiri.