Berangkat dari cerita legenda, tak lengkap kalau kaki ini tidak berkunjung ke Desa Sade mengenal kental budaya suku Sasak asli.
Kita akan terpana lewat arsitektur rumah masyarakat Sade masih sangat sederhana. Tiang penyangga berupa bambu, dinding berupa anyaman serta atap terbuat dari jerami.
Warga masih mempertahankan kelestarian adat dan budaya yang kental, walaupun telah masuk pengaruh budaya luar. Mulai dari bangunan tempat tinggal yang etnik dan tradisional.
Bahkan yang unik, lantai di rumah terlihat seperti terbuat dari semen, padahal tidak. Lapisan lantai murni terbuat dari tanah liat. Masyarakat Suku Sasak punya kebiasaan mengepel lantai rumah mereka dengan kotoran sapi.
Menjunjung Tradisi Leluhur
Cuaca pada siang hari terasa cukup panas di Desa Sade yang tidak terlalu luas. Untuk masuk ke desa kita harus ditemani oleh seorang pemandu lokal yang merupakan penduduk Desa Sade.
Kampung ini masih dihuni oleh warga asli suku Sasak di Lombok. Ada "Bale" yang menjadi tempat tinggal suku Sasak yang memiliki fungsi berbeda.
Selain itu, masih ada sistem kepercayaan yang dianut oleh suku sasak di Desa Sade adalah Wetu Telu.
Penganut Wetu Telu masih mempercayai kekuatan gaib yang ada pada beberapa benda, roh suci dan nenek moyang.
Keunikan lainnya yang bisa dijumpai adalah bagaimana cara mereka mempertahankan garis keturunan untuk melestarikan tradisi.
Warga lokal tidak mengenal istilah tunangan atau semacamnya. Jika seorang pria hendak mengajak menikah gadis pujaannya, maka pria cukup menculik wanita yang bersangkutan. Lah?