Tak hanya diwariskan pemandangan alam saja bisa didapat ketika berkunjung ke Danau Toba. Melainkan pengalaman bersama warga lokal, merasakan budaya Batak yang masih melekat kuat.
Danau Toba sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP) perkembangan pariwisatanya sedang menuju membaik. Namun karena pandemi memporak porandakan semua termasuk sektor pariwisata.
***
Berkunjung ke Danau Toba
Sejak adanya penerbangan langsung dari Jakarta menuju Bandara Silangit, DSP Toba membuka akses untuk setiap orang bisa menikmati lanskap indah, cuaca yang sejuk sambil menikmati markisa manis.
Perjalanan lewat udara lebih dipersingkat hanya membutuhkan waktu 2 jam. Dibandingkan dulu perjalanan darat dari Kota Medan membutuhkan waktu kurang lebih lima jam untuk tiba di Toba.
Saat itu Toba baru saja diguyur hujan. Bagiku hujan seperti penyambutan yang baik ketika tiba di kota baru. Menginjakkan kaki di danau vulkanik terbesar di Pulau Sumatera ini sambil menemukan apa yang istimewa di tanah para leluhur Batak yang masih memegang kuat budaya dan tradisi termasuk mitos dan mistis.
Museum Budaya Batak
Bagi saya yang bukanlah terlahir sebagai orang Batak, terselimut kagum dengan adat Batak. Setiap mendengar cerita dari teman-teman Batak mengenai rumitnya budaya Batak mulai dari kelahiran, hidup, pernikahan hingga kematian.
Lantas saya membayangkan mereka pun juga harus memahami budayanya sendiri. Budaya adat Batak memang rumit sekaligus luar biasa prosesnya kompleks dan panjang.
Memang benar bertualang ke Danau Toba tak lengkap kalau belum berkunjung ke Kompleks TB Silalahi Center di Balige. Di tempat ini ada beragam koleksi budaya Batak mulai dari peralatan masak, pakaian, tiruan perkampungan Batak, metode pengobatan hingga cara beribadah kepercayaan orang Batak masa lalu yang terbingkai rapi dalam panel-panel.