Bayangkan saat bersilaturahmi ke rumah teman, kalian kesulitan mencari lokasi rumah bahkan bisa tersesat ke "Jalan Surga" dan berakhir ke "Mandi Api". Rasanya satu hari itu saya seperti sedang ekspedisi rohani bermain ke surga dan berakhir di neraka. Sanjo tahun lalu memang sangat berkesan untuk saya.
Sanjo dalam bahasa Palembang artinya silaturahmi dalam rangka merayakan Idul Fitri. Setiap orang yang merayakan hari raya keagamaan melakukan sanjo seperti tradisi turun menurun. Esensi dari silaturahmi ini adalah berkumpul dalam kebersamaan. Kalau ada pepatah makan nggak makan asal kumpul.
Siang itu di grup Kompal sudah bertanya ke teman-teman yang open house menerima tamu. Biasanya umek, bikcik Tika, mang Dues, Yayan, dan beberapa teman lain saling bersahutan buat mengajak sanjo ke rumah. Tiba-tiba Pringadi sahut kalau dia lagi balik kampung dari Jakarta mengajak kami untuk main ke rumahnya mencicipi menu-menu lebaran.
Kami tidak tahu alamat rumah Pri, namun dia mengirimkan alamat lewat maps. Sekitar 15 km jaraknya karena sudah melewati Kota Palembang. Beberapa kali kami bertanya lokasi persis, karena maps membawa kami tersesat ke sebuah lorong. Di depan lorong sempit itu bertuliskan Lorong Surga. Kami saling melonggo setelah membaca plang papan jalan.
"Kita disuruh ke surga dulu sebelum ke rumah Pri?"
Ternyata kami memang salah masuk lorong. Mobil yang dikendarai oleh Dok Posma berputar arah. Sekitar 50 meter dari lorong Surga ternyata ada sebuah lorong yang tersembunyi dan disitulah letak rumah Pringadi.
Ini juga kali pertama saya bertemu Pringadi. Biasanya hanya berkomunikasi lewat chatting sekarang bisa jumpa langsung. Kami tidak lama di rumah Pringadi sekitar 40 menit karena itikad dari sanjo selain bersilaturahmi adalah mencicipi menu andalan dari tuan rumah.
Mobil yang dikendarai oleh Dok Posma bergerak ke rumah Mbak Nita, salah satu anggota Kompal. Mbak Nita ini seorang dosen di salah satu universitas. Setelah memberikan alamat rumah, saya pun mencocokkan dengan Google Map.
Kami terbengong dua kali melihat alamat rumah Mbak Nita.
"Jalan Mandi Api?" untuk saya yang baru pertama kali mendengar nama jalan unik di Palembang ini cukup membuat saya tersenyum. Ketahuan sekali kalau saya jarang keluyuran di Palembang ya.
"Ini kita kayak habis masuk ke surga, lalu ditendang ke neraka ya. Di suruh mandi api gitu." seru saya.