Menggunakan masker, rajin cuci tangan, tidur yang cukup, asupan makanan bergizi, dan tidak keluar rumah apabila tidak penting. Dalam satu hari bisa berapa kali kita mencuci tangan? Mandi walau badan tidak terasa kotor atau hal lainnya.
Rasa Ramadan yang Hilang
Saya sebagai non muslim juga merasakan hal yang sama. Saya tidak bisa sembahyang Cheng Beng untuk ayah, pergi ke rumah ibadah karena tidak diperbolehkan. Ada rasa Ramadan yang hilang saya rindukan. Bukan seperti ramadan-ramadan tahun sebelumnya. Seperti tidak ada lagi alunan nasyid dari masjid sebelah rumah saya, ajakan teman untuk berbuka puasa bersama, bahkan segala aktivitas berubah menjadi digital. Sampai bosan bukan meeting lewat Zoom?
Dibalik itu, ada ruang batin kita yang belum siap sepenuhnya bahwa kekuatan modernisasi itu tidak mampu membendung jeritan hati nurani yang sangat esensi dalam diri manusia.
Ada rasa rindu menyiapkan makanan untuk sahur puasa, menahan emosi, memperbaiki kualitas diri dengan membaca Alquran, berziarah ke makam untuk mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal di pemakamannya, pergi tarawih ke masjid hingga berbuka puasa bersama kerabat dan keluarga tersayang.
Suasana Ramadan kini menjadi haru penuh duka di tengah wabah korona. Menteri Keagamaan menetapkan untuk beribadah di rumah. Masjid ditutup agar tidak ada yang shalat berjamaah hingga korona berakhir. Kegiatan sore menggelar kegiatan buka bersama, salat tarawih bersama hingga sahur bersama. Momen-momen kebersamaan bersama jamaah lain tentu hal yang sangat dirindukan.
Tantang Diri Saat Ramadan
Pandemi korona perlahan memaksa kita menjadi manusia modern dalam menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya. Mengubah cara hidup mungkin mendorong sebagian dari kita menyalahkan dan mengkritik orang lain. Lantaran gangguan psikis yang terus terdesak. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, kini harus jaga jarak dalam beberapa waktu.
Pola hubungan sosial dipersempit gerak dan lingkupnya menjadi lingkup keluarga dan bahkan memaksa manusia mengisolasi diri. Bahkan bukan hanya secara sosial namun dalam mencari rezeki kita pun juga harus memutar otak bagaimana agar masih tetap bisa memenuhi kebutuhan harian. Bagi saya, tak seorangpun yang menginginkan musibah terjadi. Hanya saja saat ini adalah waktu yang tepat untuk berbagi dan berkolaborasi untuk menemukan solusi. Mewujudkan rasa saling peduli sebagai bangsa, komunitas, dan penghuni ekosistem global.
Dalam kondisi pandemi, kita pun harus cermat. Menjaga kesehatan adalah wajib, untuk teman-teman muslim yang menjalankan puasa agar tidak menjadi bermalas-malasan. Energi yang kita keluarkan tetap untuk aktivitas yang bermanfaat. Responsif hati atas rasa kepedulian terhadap orang lain juga perlu dijaga. Kita bisa berbagi apa saja lewat media yang ada, kalau tidak langsung tetap bisa dilakukan secara tidak langsung. Boleh ilmu atau uang bagi orang yang membutuhkan. Hal ini juga bentuk rasa syukur kepada Allah. Dengan begitu ketika menjalani puasa juga menjadi sempurna.