Selesai juga tema THRKompasiana dalam satu bulan selama Ramadan. Tidakkah kalian rindu untuk tema menulis sejenis di Kompasiana? Kalau saya tentu saja.
Awal mula saya tahu kompetisi menulis satu bulan ini dari teman-teman KOMPAL (Kompasianer Palembang) saat kami sedang berkumpul. Satu kesempatan kami membahas mengenai tantangan dari Kompasiana yaitu Tebar Hikmah Ramadan dengan hadiah utama iPhone X. Namun mengikuti tantangan ini tidaklah mudah, bukan seperti lomba-lomba pada umumnya saya ikutin. Menulis kemudian tinggal menunggu hasil. Ada 32 tema harian yang harus diselesaikan.
Mendengar hadiah utama adalah iPhone X tentu saja menjadikan motivasi saya untuk menang. Saya mulai membaca tema per hari, termasuk menebak kira-kira apa yang akan menjadi tema yang dirahasiakan. Setelah mengetahui tema-tema harian saya mulai mengukur kemampuan diri saya sendiri. Pertanyaan saya saat itu cuma satu, saya non muslim. Bisakah saya menulis tema muslim? Jelas ini tantangan tambahan bagi saya pribadi, selain harus konsisten setiap harinya menulis.
Saya segera menyusul strategi menurut kemampuan saya. Selain menulis di Kompasiana, saya juga harus menulis di laman blog pribadi saya. Keduanya harus seimbang dan bisa diselesaikan. Tema hari pertama #THRKompasiana saya tulis menjelang last submit, saat itu saya menuliskan cerita tentang kerinduan saya terhadap Ramadan. Tulisannya ringan saja karena memang dalam kondisi santai dan senang. Ramadan makin tahun makin pudar maknanya, saya hanya memanggil kembali kenangan saya dengan Ramadan sebagai non muslim.
Tidak mengira kalau tulisan pertama saya "Sebagai Nonmuslim, Bolehkah Saya Ikut Rindu Ramadan?" menembus hingga 5000 view dan viral memberikan inspirasi bagi banyak orang. Salah satu portal berita Good News From Indonesia juga meminta izin untuk menulis kembali tulisan saya. Saat itu saya banyak mendapat komentar-komentar yang masuk di tulisan tersebut. Senang sekali tulisan pertama saya mendapat apresiasi yang baik dari pembaca. Apresiasi ini menjadi penyemangat saya untuk tetap menulis sampai akhir.
Setiap hari menulis tema THRKompasiana memang menantang. Ada satu tema yang saya angkat tangan yaitu tema fiksi. Saya belum terbiasa menulis cerita fiksi, sehingga membuat saya membaca dan mencari tahu bagaimana menulis fiksi. Namun, saya juga tetap mencoba. Beberapa tulisan saya juga menjadi pilihan dan artikel utama. Makin percaya diri saya untuk menulis mengenai ramadan, bahwa saya ingin membuktikan bahwa Ramadan bukan saja bisa dinikmati oleh teman-teman muslim, melainkan non muslim pun bisa. Bukankah islam adalah agama yang cinta damai? Bahwa Indonesia multikultural, siapa saja boleh menikmati Ramadan.
Dalam proses menulis, saya akui stamina dan kemampuan saya menurun. Ada juga beberapa tema Ramadan yang saya angkat tangan sebab saya tidak memiliki pengalaman yang kuat dengan tema tersebut. Saya tetap berusaha untuk menulis dan riset sejenak. Semua saya lakukan "Demi iPhone X", ini adalah judul dokumen Words yang berisi seluruh draft tulisan mengenai #THRKompasiana yang tersimpan di laptop sebelum akhirnya laptop saya berhasil diambil oleh dua orang perampok.
Peristiwa minggu lalu membuat saya drop secara fisik dan mental. Rumah saya kebobolan dua orang penjahat. Mereka mengambil perangkat kerja sehari-hari, laptop dan kamera. Jika ditanya bagaimana kondisi saya tentu saja i am totally blank. Saya menyerahkan kepada kepolisian, sampai tengah malam saya masih di kantor polisi untuk membuat laporan. Tiba-tiba saya ingat kalau saya belum menulis tema untuk hari minggu. Dalam kurun waktu mau jam 12 malam, pikiran saya hanya dua yaitu berhenti menulis tema Kompasiana karena saya masih dalam kondisi shock, atau saya tetap melanjutkan menulis.
Inilah tantangan baru bagi saya, bagaimana bisa saya masih tetap menulis dengan kondisi tidak punya alat untuk menulis dan memotret. Pikiran ikut kalut dan saya berada di kantor polisi menunggu antrian untuk membuat laporan. Syukurlah menulis di Kompasiana dipermudah dengan kita bisa menulis lewat ponsel. Masih di depan pak polisi menulis laporan saya, tangan saya mulai mengetik menulis tema yang belum diselesaikan. Momen ini menjadi kenangan tersendiri bagi saya, menulis tulisan lomba di kantor polisi? Konyol, tapi itulah yang terjadi.
Gema takbir bisa kita dengar, dari h-3 saya sudah bisa mengontrol emosi saya. Ada rasa ingin cepat-cepat tantangan ini selesai. Sempat saya blank, tapi sekali lagi saya diingatkan dengan "Demi iPhone X", motivasi hadiah utama yang saya inginkan. Saya tidak ingin bolong satu hari seperti orang-orang yang bolong puasanya. Sudah memulai dari awal, saya ingin akhiri dengan manis. Dan semoga saja berbuah manis.
Secara tidak langsung, tema THRKompasiana ini membawa dampak positif bagi saya bahwa menulis dapat menjadi terapi jiwa. Saya bisa menuangkan hal-hal yang sulit saya ungkapkan lewat tulisan. Satu bulan menulis setiap hari secara tidak langsung melatih saya untuk disiplin dan komitmen menulis. Sekarang, tema menulis one day one post ini sudah selesai. Ada rasa rindu menantikan kira-kira besok mau menulis tentang apa ya.