"Ded, ada uang 300 ribu nggak? Aku mau pinjam buat beli tiket kereta, uangku kurang. Malu aku kalau minta sama orangtuaku." Isi pesan singkat dari salah satu temanku membuat saya berpikir dua kali. Pertama apakah dia akan membayar pinjamannya? Kedua, sebagai anak rantauan tentu secara finansial sering kali kurang.
Ingin sekali merasakan mudik, tapi saya lupa di mana kampung halaman saya.
Ketika kalian dari lahir dan tinggal di satu kota saja, maka jangan berharap bisa merasakan yang namanya mudik ke kampung halaman. Itu yang yang rasakan hingga sekarang. Kadang ada rasa ingin mudik, supaya ikut merasakan susahnya mencari tiket harus begadang tengah malam untuk mencari tiket promo, setiap hari rajin cek promosi travel, menyimpan uang untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga, lelahnya di perjalanan sambil menenteng barang bawaan, dan terakhir ada orang yang kita rindukan saat di tanah rantau.
Pengalaman mudik seperti itu yang belum pernah saya rasakan, bagaimana dengan kalian? Saya yakin kalian jauh-jauh hari sudah mempersiapkannya.
Lebaran Identik Mudik
Lebaran tinggal menghitung hari. Mudik adalah waktunya bagi perantau yang tinggal jauh dari kota kelahirannya untuk pulang. Tradisi ini tiap tahun selalu terjadi. Ada raut bahagia ketika tiket sudah berhasil didapatkan. Ternyata, banyak perjuangan yang harus dilalui sekadar untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga.
Jakarta masih menjadi kota impian saya untuk merantau. Ada banyak alasan dan pertimbangan mengapa saya memilih ingin merantau ke Jakarta. Selain kota itu mengalami perkembangan pesat, juga memiliki peluang yang besar.Â
Dulu, yang saya tahu bagi kita yang tinggal di daerah ingin sekali mengubah nasib datang ke Jakarta. Walaupun di saat tanah rantau kita tidak tahu apakah kita berhasil dan sukses.Â
Saya bisa merasakan dilema anak rantau saat rindu ingin pulang ke kampung halaman, namun ada rasa malu untuk pulang karena merasa belum berhasil dan saat pulang kampung nanti tangan kosong tidak membawa apa-apa termasuk THR. Dilema itu bisa saya rasakan dari salah seorang teman saya yang merantau di Jakarta. Padahal berhasil atau tidak kita di tanah rantau ada keluarga yang akan tetap menerima kita dalam kondisi apapun.
Fenomena khas ini barangkali hanya ada di Indonesia yang dapat menguras emosi. Bisa kita lihat kadang orang harus menangis demi mendapatkan tiket pulang, namun ada raut menyentuh ketika kita mudik bersama orang-orang baru yang belum dikenal. Namun itulah esensi dari mudik bukan?