Masa kecil memang masa yang paling menyenangkan. Kita seolah tidak perlu memikirkan kerasnya hidup orang dewasa. Cukup kerjakan PR di sekolah lalu pulang dan bermain sama teman-teman. Pasti kalian pun juga kangen sama masa kecil kalian. Tinggal dekat tetangga mayoritas muslim dari kecil, tentunya membuat saya menjadi orang nonmuslim yang ikut beradaptasi dengan anak-anak seusia saya.
Seperti yang saya bilang kalau bulan Ramadan ini bulan yang paling saya nantikan setiap tahun. Bagai kaset pita lama, saya dibawa untuk nostalgia dengan berbagai macam hal dan kebiasaan yang hanya ada saat Ramadan. Apalagi bagi kita generasi 90-an, tentunya ada masa-masa saat itu yang sudah jarang kita temukan di generasi milenial sekarang. Pastinya kalian kangen untuk flashback kenangan seperti saya.
Berikut ini hal-hal yang bikin generasi 90-an kangen berat dengan kegiatan usai menyantap sahur. Semoga kalian tidak baper habis membacanya.
1. Ikutan semangat ramai-ramai keliling kampung membangungkan orang sahur
"Sahuuur... sahur! Sahuuuuurrr... sahur!"
Awalnya saya penasaran dengan bunyi teriakan dan kentongan kaleng biskuit di depan rumah saya. Besoknya ketika saya tanya sama anak-anak tetangga, saya baru tahu ternyata ada kebiasaan untuk membangunkan orang sahur. Bunyi cempreng kaleng bisa membangunkan orang-orang di dalam rumah untuk tidak melewatkan waktu sahur.Â
Saya langsung cari kaleng biskuit bekas dan sebatang kayu untuk persiapan hari besok ikut bergabung sama teman-teman. Sumpah, saya kangen berat memukul kaleng sambil teriak Sahuuuurrr, sahur!
2. Main petasan sampai gaduh
Namanya anak-anak yang masih senang untuk bermain, tentu berbeda sama anak-anak sekarang yang sudah disibukkan dengan kegiatan di sekolah sampai sore hari. Saya beruntung sempat merasakan jadi anak bandel dengan mengikut teman-teman masa kecil yang nakal. Habis mereka sahur, saya sudah tidak sabar menunggu mereka untuk bermain petasan.Â
Biasanya petasan ini kami lakukan di area rumah sendiri, jika tidak di area rumah orang yang punya halaman luas. Bunyi ledakan tidak kami pedulikan lagi sekalipun memekakkan telinga. Kami semua menikmati permainan ini hingga kadang apesnya petasan itu meledak di dekat kita.
3. Perang Sarung