Mohon tunggu...
Hartanto Sanjaya
Hartanto Sanjaya Mohon Tunggu... -

follow me @ my indexsite (http://hartantosanjaya.name)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Cinta dan Anang di RSBI

6 Maret 2011   00:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:02 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1299328498999363983

[caption id="attachment_94472" align="alignleft" width="300" caption="kemenangan dan kebersamaan"][/caption] Pengotakan status sekolah kembali terjadi dengan sistem. Penyebutan sekolah favorit saat ini terkait dengan status "internasional" yang lengket pada sekolah tersebut. Ada sebutan SBI (sekolah berstandar internasional) dan RSBI (atau rintisan SBI). Celah yang dibuka dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimanfaatkan dengan banyak ragamnya. Saya tidak akan membahas tentang praktik "baik/buruk" dan esensi dari keberadaan RSBI/SBI saat ini. Saya akan menceritakan kenyataan yang saya alami saat anak saya memasuki salah satu RSBI yang ada. Tulisan ini merupakan tulisan ketiga (terakhir) setelah sebelumnya adalah "Provokator di depan barisan" dan "Mereka Bukanlah Mesin". Menghadapi anak usia kelas enam sekolah dasar adalah susah-susah gampang, katanya. Usia yang mendekati usia ABG, atau malah sudah memasuki ABG bisa juga. Sebagaimana dalam tulisan sebelumnya, saya menerapkan strategi jangka menengah (dalam setahun terakhir dia di SD). Pilihan sekolah menengah yang ada dalam benaknya saat itu adalah masuk SMP Negeri favorit (dengan status RSBI) atau yang nonRSBI Negeri tetapi tergolong favorit juga. Favorit, sekali lagi, tidak ada batasan jelasnya, cuma info katanya si anu dan si ani... : ) Dari informassi yang berkembang itulah, kemudian saya dan si putra, dan ibunya juga, melakukan survey antara lain mengunjungi "open house" yang diadakan oleh sekolah-sekolah yang ber-RSBI tadi. Di sana kami melihat kegiatan anak didik baik kegiatan lokal, nasional, maupun internasional. Yah, lumayan, ada beberapa bukti kegiatan yang menarik. Program yang dilaksanakan juga menarik. Setidaknya itulah yang disajikan pada pengunjung. Pendaftaran untuk tes masuk sekolah RSBI berlangsung jauh lebih dahulu dibandingkan dengan tes masuk SMP Negeri "reguler". Beberapa persyaratan diperlukan, antara lain batasan nilai rapor minimum sejak kelas 4 untuk mata pelajaran tertentu... masih masuk akal... Tidak ada pembayaran apapun kecuali formulir dan sangat terjangkau. Ada dua SMP Negeri berstatus RSBI di kota saya, dan tes dilakukan bersamaan waktunya. Yang diujikan antara lain adalah Matematika, IPA, TIK, dan Bahasa Inggeris. Dua hari tes tertulis dan dua hari tes praktik. Apa yang dipersiapkan untuk mengikuti tes tersebut..? Belajar mati-matian kembali seperti menghadapi UAN..? Mmm... saya justru tidak menyuruh anak untuk belajar ngotot lagi. Kenapa..? Karena saat ini si anak sudah kenyang dengan semua materi yang ada. Tes masuk ini dilakukan setelah selesai UAN, sehingga saya percaya segalanya masih hot di benaknya. Yang saya lakukan adalah mengondisikannya agar siap fisik dan mental. Tidur dan istirahat cukup, peralatan dan segala yang harus dibawa sudah siap, kemudian mengondisikannya untuk siap tempur. Mengompori agar tetap semangat, nggak perlu ragu apalagi takut bersaing dengan semua peserta yang datang dari semua SD "favorit", adalah tugas utama. Pengalaman pribadi saat muda dulu, ragu atau grogi saat menghadapi tes menjadi penghalang utama dalam mengerjakan soal. Dan saya yakin, dalam kondisi "penuh tekanan" akan menyulitkan berfikir jernih dalam menyelesaikan soal-soal yang ada. Menceritakan pengalaman masa lalu (baca: masa muda) adalah penting. Bagaimana tetap percaya diri dan semangat menghajar semua soal yang ada, dan trik dalam mengatasi persoalan teknis saat tes berlangsung wajib diceritakan. Tentunya semua ini bertujuan pada timbulnya rasa berani bertanding sampai soal terakhir dengan perjuangan maksimal. Kondisi dulu berbeda dengan saat ini..? Ya nggak lah, terutama masalah mental, sama saja. Yang beda adalah tools-nya. Tes saat ini menggunakan pensil dan "ngurek-ngurek" bulatan di kertas khusus untuk dipindai jawabannya, sedangkan jaman dulu langsung contreng di kertas jawaban. Itu saja. Hari tes tiba, dan si putra berhasil melalui dengan tenang dan percaya diri yang cukupan. Semua tes tertulis selesai dalam dua hari. Untuk tes praktik ada dua hari terpisah, masing-masing sehari untuk tes praktik TIK (bagaimana menggunakan komputer dan aplikasinya) dan sehari untuk praktik Bahasa Inggeris. Hari pengumuman tiba, diumumkan melalui SD masing-masing dengan keterangan kelulusan dalam amplop tertutup. Orang tua diminta datang ke SD, dan dihadapkan pada guru yang ditugasi mengkoordinir pendaftaran di RSBI. Saat amplop dibuka, alhamdulillah, si putra diterima. Perjuangan telah dilakukan, dan hasil telah diterima. Persaingan tinggi telah ditaklukan dengan baik, dan semua dilalui dengan kondisi biasa-biasa saja. Biasa..? Ya, karena hanya dengan menerapkan strategi dengan baik (dan cara yang benar) maka pemain yang "biasa-biasa saja" dapat menghasilkan hasil yang optimal. Anak tidak perlu ditekan dengan keras, dan diharuskan "bekerja rodi" demi "kemauan ortu-nya", atau demi "gengsi ortu-nya". Yang terpenting adalah kerjasama dalam keluarga. Masing-masing melakukan pekerjaan pada posisinya dengan positif, dan jadikan kebersamaan dalam menjaga semangat menjadi yang utama. Ini masalah mentalitas. Eh... lalu apa hubungannya antara judul tulisan ini "Ketika Cinta dan Anang di RSBI" dan isi tulisan ini..? Mmmm... saat uji praktik bahasa Inggeris, salah satu pertanyaan adalah : ceritakan yang kamu tahu tentang Cinta Laura..., soal yang lain lagi: ceritakan tentang Anang (Hermansyah) yang kamu ketahui..., ups... jangan tanya kenapa ada pertanyaan seperti ini dalam tes yang ada... Rrrr... maaf... pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak diketahui jawabannya oleh anak saya... : ) _-_-_-_ */ tulisan ketiga dari tiga tulisan, setelah yang pertama dan kedua. */ merupakan pengalaman pribadi yang sangat mungkin tidak cocok untuk anda coba… : ) */ web personal http://hartantosanjaya.name

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun