Murabbi ,suatu qiyasan kata yang jarang dibumingkan oleh secercah lidah, yang keberadaannya menjadikan dimensi sakral bagi setiap masa depan seseorang , namun sanagat jarang sekali mayoritas menyadari akan hal demikian.
Guru istilah yang tak asing pada pendengaran personal maupun publik , sosok pahlawan yang bergelut mempertahankan eksistensi bangsa lewat pendidikan ,loyalitas serta integritas yang ditampilkan sangat menawan walaupun terkadang kurang seimbang dengan hak yang ia dapatkan , karena kepiawaiannya mereka rela disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa “
Menyelam lebih dalam istilah guru sering kita sebut dengan murabbi yang mempunyai dasar makna Rabbi . hubungan antara keduanya memiliki makna filosof yang cukup dalam sehingga ikatan antara keduanya tidak mungkin terpisahkan , sebilah pena berkata :
لولا مربي ما عرفت ربي
“kalau bukan karena guruku aku tidak akan tau siapa tuhanku’’
Lantas sampai batas mana suatu keridhoannya didalam sebuah perjalanan kehidupan yang fana ini , Imam As – syafi’i salah satu dari Imamul Madhahib pernah berkata :
“ yang aku paling takutkan didunia ini adalah berpalingnya keridhoan hati guruku ‘’
Jelas sudah bahwa suatu keridhaan sang murabbi sangatlah menjadi poin final yang harus kita perhatikan didalam meraih kesuksesan di duniawi maupun ukhrowi , Nabi juga menjelaskan didalam suatu hadistnya :
رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ
“ridho allah terletak kepada ridho kedua orang tua , dan murkanya terletak terhadap kemurkaan orang tua ‘’
Dari sini yang dapat kita tarik kesimpulan bahwa sosok murabbi merupakan salah satu dari orang tua ideologis yang menuntun , mengarahkan serta memberi contoh kepada kebaikan , Maka mengharap keridhoan darinya merupakan suatu prioritas yang harus dilaksanakan .