Pembelajaran berdiferensiasi, itu adalah sebuah istilah baru untuk saya dalam beberapa waktu ini. Istilah baru yang walaupun saya kadang-kadang telah melakukannya pada saat pembelajaran berbasis projek.Â
Pada pembelajaran berbasis proyek, murid-muridpun juga diminta membuat sendiri langkah-langkah yang harus mereka lakukan dalam belajar, mereka dapat melakukan langkah-langkah yang berbeda dengan teman-teman mereka dalam satu kelas, tetapi untuk mencapai tujuan yang sama. Pada akhir kegiatan, mereka juga akan menyajikan hasil belajar mereka dengan cara yang mereka inginkan dan mereka sukai. Itu artinya mereka, telah melakukan pembelajaran yang berbeda secara proses dan juga produk, dan tentu juga konten.
Akan tetapi, walaupun seakan mirip, pembelajaran diferensiasi yang dijabarkan pada kegiatan belajar pendidikan calon guru penggerak bersifat lebih holistik. Menurut pemahaman saya terhadap pembelajaran berdiferensiasi, kita melaksanakan pembelajaran ini memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Semua berangkat dari kebutuhan murid yang beragam dan berbeda. Pembelajaran berbasis proyek tidak terlalu membahas hal ini. Pada pembelajaran berdiferensiasi, guru harus mengidentifikasi kebutuhan murid-murid di kelasnya, baik kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
Kegiatan guru dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan murid-murid tersebut, sehingga kemudian guru akan dapat memilih dan menyediakan konten yang beragam untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Guru juga dapat menyesuaikan proses-proses belajar yang bagaimana yang akan dilalui murid dalam belajar, dan terakhir, guru akan memberikan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan hasil belajar mereka dengan cara-cara atau produk yang yang mereka sukai.
Dalam bayangan saya, pembelajaran berdiferensiasi akan bisa mengakomodasi seluruh murid yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Akan tetapi, pembelajaran ini juga menuntut guru untuk menyiapkan pembelajaran dengan teliti dan matang agar bisa berjalan dengan baik. Sumberdaya belajar yang dibutuhkan juga tentu lebih beragam untuk pelaksanaan pembelajaran dengan diferensiasi konten, proses dan produk ini. Pun, untuk asesmennya, guru harus dapat melakukan asesmen secara adil dan efektif. Pada pembelajaran berdiferensiasi guru melakukan asesmen yang meliputi assesment for learning, assesment as learning dan assesment of learning.
Perlu dicatat bahwa ketika guru meminta murid melaksanakan proses pembelajaran yang berdiferensiasi, konten yang berdiferensiasi serta produk yang berdiferensiasi, itu tidak berarti bahwa kita kita harus benar-benar memisahkan mereka dengan batas-batas yang membuat kelas kita terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling berbeda. Tidak ada halangan bagi murid dengan karakter profil belajar kinestetik untuk juga belajar melalui media audio-visual. Tidak boleh ada halangan bagi anak yang bergaya belajar visual untuk merangkai alat-alat praktikum.Â
Murid-murid dengan kemampuan belajar lebih cepat, tentunya juga boleh mengakses konten belajar untuk murid-murid dengan kemampan belajar lambat. Diferensiasi konten, proses dan produk diperlukan untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka, tetapi mereka tetap dapat mengekplor pembelajaran dengan hal-hal di luar yang biasa mereka lakukan. Saya yakin pembelajaran berdiferensiasi akan meningkatkan minat mereka terhapat materi pembelajaran saya, membuat mereka memahami bahwa setiap orang berbeda dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Pembelajaran berdiferensiasi yang ideal adalah pembelajaran berdiferensiasi yang menunjukkan karakteristik seperti: (1) tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas; (2) guru berhasil merespon semua kebutuhan belajar murid-murid; (3) lingkungan belajar yang mengundang murid untuk terlibat aktif belajar; (4) manajemen kelas yang efektif; (5) adanya penilaian/asessment yang berkelanjutan.
Selama ini bisa dikatakan saya belum melaksanakan pembelajaran berdirensiasi secara utuh, karena konsep ini memang baru saya kenal dan pahami baru-baru ini. Saya sesekali memang melaksanakan pembelajaran yang meminta murid mengerjakan tugas belajar yang berbeda, saya juga terkadang meminta murid membuat produk yang beragam sesuai keinginan mereka, bahkan kadang saya memberikan konten pembelajaran yang berbeda untuk mereka, tetapi hal itu dilaksanakan secara sepotong-sepotong, tidak utuh.
Secara konseptual, pembelajaran berdiferensiasi terlihat rumit dan melelahkan, akan tetapi sebagai guru yang berusaha memenuhi kebutuhan murid-murid di kelas saya akan berusaha melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Ketika seorang guru meminta murid untuk belajar, maka di saat yang sama gurupun bisa sambil terus belajar meningkatkan kapasitasnya. Jadi belajar dan melatih kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sangat patut untuk dilakukan oleh guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H