Langit mendung di atas laut, seperti hati Rudi yang dirundung kegalauan dan rasa kecewa. Burung yang berseliweran hendak kembali ke sarang untuk beristirahat tak menghiraukan Rudi yang masih duduk sendiri. Sepi yang tak kunjung reda semakin dirasakan seiring merangkaknya senja setelah mentari tak lagi tersenyum.
Rudi merenungi nasibnya. Kenapa harus gagal dalam pekerjaan. Kesalahan yang kecil mengakibatkan dirinya dipecat dari posisi supervisor di tempat kerjanya. Faktor kecemburuan dari sahabatnya sendiri yang cari muka pada pimpinannya, sehingga tanpa surat peringatan lebih dulu dia langsung  dirumahkan.
Sebelum mendapatkan pekerjaan kembali, tidak disangka masalah baru muncul dan membuatnya hampir putus asa.
Winda, tunangannya memutuskan hubungan secara sepihak. Winda yang dijodohkan kedua orang tuanya dengan lelaki pilihan mereka, tiba-tiba mengembalikan cincin tunangan dan memutuskan hubungan cinta yang sudah lama mereka bina.
Namun tak disangka justru cinta mereka kandas di tengah jalan. Rudi kaget setengah mati. Entah apa yang menjadi alasan Winda mengambil keputusan sepihak.
"Tolong kamu jawab sejujurnya alasannya, Win!" desak Rudi saat menerima cincin tunangan yang dikembalikan Winda tadi pagi.
"Aaa...aku dijodohkan, Rud." Winda menjawab sambil terisak. Rudi bagai
disambar petir. Dia tidak habis pikir kenapa orang tua Winda menerima saat dia melamarnya.
Acara tunangan pun cukup meriah dan dihadiri kedua belah pihak keluarga. Rudi merasa heran pada akhirnya Winda dijodohkan dengan laki-laki lain. Padahal acara pernikahan sudah dikonsep dengan matang tinggal menentukan tanggal dan bulan.
"Kamu tahu kan alasan kenapa dijodohkan...?" Rudi kembali bertanya. Sesaat Winda terdiam.