Bocah yang terbaring lemah hingga melewatkan masa kanak-kanaknya
Tak berdaya hingga menghabiskan waktu hidupnya
Hanya sorot mata sebagai alat berkata
Tatapan mata sedih saat kutinggal pergi
Sinar mata keceriaan saat kuajak bercanda dan kudekap erat
Terlalu kuat jalani hidup di tengah kekerasan zaman
Andai saja Tuhan menghadirkan dengan kesempurnaan
Cukuplah air susu ibu asupan utama
Tapi kini sampai Tuhan memanggilnya entah kapan
Hanya susu toko sebagai andalan untuk bertahan hidup
Ya, selama hidup
Ibu kandung yang melahirkan mengajarinya memanggilku "Ibu Peri"
Meskipun tak akan pernah kudengar sebutan itu dari bibir mungilnya
Aku hanya punya cinta
Aku hanya ingin curahkan kasih sayang yang kumiliki
Anak angkatku, akankah ada keajaiban yang berpihak padamu...?
Tak apa jika tak ada,
aku sudah memilih semua kekurangan dari pada kelebihan anak-anak lincah yang lain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H