Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Buka Usaha Warung Kelontong di Daerah Terpencil

26 November 2022   08:50 Diperbarui: 26 November 2022   08:58 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan sehari-hari yang tersedia di warung kelontong di tempat saya sangat membantu warga sekitar. Keberadaannya sudah pasti meringankan tenaga, waktu dan juga bensin. Warga tidak harus belanja ke warung-warung kelontong yang ada di pasar yang lokasinya cukup jauh.

Harga-harganya pun sama dengan yang ada di pasar karena barang-barang diisi langsung oleh sales, bukan kulakan di pasar tempat-tempat grosiran.
Waktu buka warung pun dari pagi hingga malam hari.

Banyak warung-warung kelontong baru sebagai pilihan usaha bagi para pedagang yang bermodal besar. Keberadaannya memang cukup mengancam bagi warung-warung kecil yang sudah ada sebelumnya dengan merebut para pelanggan lama. Namun dengan strategi khusus yang diterapkan bisa menjadi aman-aman saja, dan pemilik warung-warung  kecil kemungkinan lebih menyadari.

Seperti yang saya ketahui, ada seorang yang kaya harta semakin ditumpuk kekayaannya dengan buka usaha warung kelontong di daerah-daerah terpencil. Cukup cerdas dengan terobosan itu. Kampung-kampung yang padat penduduknya dan berada di pelosok yang jauh dari pasar atau kota, menjadi sasaran utama tempat dibukanya warung kelontong.

Masyarakat melihat (sebut saja pak Haji) tahunya seperti seorang pengangguran karena tidak pernah terlihat bekerja. Pak Haji hanya aktif di kegiatan-kegiatan organisasi. Beliau buka warung kelontong di beberapa tempat dengan mempekerjakan warga di sekitar warung kelontong tersebut berada. Sehingga setiap bulan menggaji karyawan dari masing-masing warung miliknya. Ibarat kata pak Haji hanya ongkang-ongkang di rumah, dan menerima setoran setiap hari dari karyawan-karyawannya.

Manajemen yang diterapkan pak Haji cukup bagus.Dengan cara disiplin tidak memberikan utangan pada pembeli menjadi strategi khusus. Meskipun tidak bisa berhutang barang-barang yang dibutuhkan, masyarakat tetap belanja karena harganya lebih murah dibanding warung-warung kecil. Sehingga warung milik  pak Haji tetap banyak pelanggannya. Omzet terbesar ketika malam lebaran Idul Fitri, satu warung bisa mencapai ratusan juta.

Apakah pembaca yang punya modal besar tertarik untuk membuka usaha warung kelontong?

Masih banyak peluang di daerah-daerah terpencil.

Bms, 26 November 2022

#docJay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun