Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kompasianer, Jati Diri Kompasiana

23 Oktober 2022   15:00 Diperbarui: 23 Oktober 2022   20:46 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tentu tulisan ini tidak mewakili seluruh kompasianer. Ini hanya ungkapan perasaan pribadi, setelah saya mengamati dan merasakan selama duapuluh hari sejak saya tercatat sebagai kompasianer.

Mungkin tulisan ini terlalu berani, karena saya yang pendatang baru di kompasiana nekat mengkritisi. Sedangkan yang sudah puluhan tahun menjadi kompasianer dan berjumlah ratusan atau bahkan mungkin ribuan, belum pernah saya lihat tulisan yang mungkin sedikit pedas untuk kompasiana.

Sebenarnya saya lebih suka sharing dengan sesama kompasianer, bukan kritik tapi masukan, mungkin lebih tepat seperti itu. Namun mumpung ada kesempatan curhat, sehingga saya melibatkan kompasiana untuk judul tulisan ini, karena mau tidak mau juga saling keterkaitan.

Atau lebih tepatnya lagi, saya hanya ingin mengembangkan daya imajinasi saya sendiri.

Jika melihat komentar-komentar sesama kompasianer di bawah tulisan yang mereka buat, saya sangat salut dan bangga.  Mereka saling menghargai satu sama lain. 

Sopan, ramah, kadang ada candaan, sangat jauh dari perdebatan dan bullyan. Semua itu tentu membuat nyaman para kompasianer, apalagi kompasianer yang baru gabung. 

Mungkin kalau di ruang lain atau blog lain (tidak semua), anggota baru ada kekhawatiran atau bahkan ketakutan untuk membuat dan menayangkan tulisannya. Karena sebelumnya sudah melihat dan membaca komentar-komentar yang pedas dan bersifat bullyan. 

Tak jarang pula saya membaca komentar yang bernada cacian, cemoohan, dan hujatan. Akhirnya yang semula berniat memberikan gagasan atau informasi misalnya, malah berujung saling bertengkar dan terkesan bermusuhan.

Tapi di kompasiana tidak  demikian. Saya yang baru awal-awal menayangkan opini seputar politik pun dikomentari biasa saja, justru dari hati saya sendiri yang ingin beradu argumentasi. 

Baca juga: Pejuang Devisa

Tapi saya mencoba menahan diri mengingat mereka juga tidak pernah berdebat. Sopan dan bijaksana dalam berkomentar. Itulah sebabnya saya sebut kompasianer sebagai jatidiri kompasiana. Ciri khas utama kompasiana yang harus dipertahankan kompasianer. Mematuhi S&K yang diterapkan kompasiana.

Ketika muncul akun yang menurut saya merupakan akun  abal-abal, tanpa dikondisikan oleh siapapun semua kompasianer tidak ada yang memberikan rate ataupun komentar. Kalaupun ada, paling hanya satu-dua orang saja. Itupun tidak muncul di semua artikel akun tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun