Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sisi Lain Dampak Bansos

16 Oktober 2022   20:25 Diperbarui: 16 Oktober 2022   20:36 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bermacam-macam program bantuan pemerintah yang diberikan kepada masyarakat, salah satu  tujuannya untuk menekan angka kemiskinan. Di tengah pandemi Covid-19 pun bantuan sosial (bansos) diberikan melalui beberapa macam pos bantuan.

Pemerintah juga membantu rakyat di tengah krisis akibat  kenaikan BBM, dengan mengalokasikan anggaran subsidi BBM ke bansos. Kenaikan harga BBM yang berdampak naiknya kebutuhan bahan pokok dan lain-lain, sangat dirasakan oleh masyarakat terutama kelas menengah kebawah.

Harapan pemerintah dengan bansos tersebut daya beli masyarakat bisa stabil.

Sebelumnya pemerintah juga memberikan bansos  subsidi gaji pekerja dan para pelaku UMKM. Selain itu beberapa bantuan  yang diberikan pemerintah kepada rakyatnya diantaranya :

Program keluarga harapan (PKH), Bantuan pangan non-tunai (BPNT), Bantuan sembako pangan (BSP), Bantuan sosial tunai (BST) yang disalurkan melalui Kantor Pos, Bantuan langsung tunai dari dana desa (BLT DD), Bansos tunai sembako dari pemerintah provinsi atau kabupatan/kota, dan juga Subsidi biaya listrik.

Dari semua bansos yang diterima masyarakat belum seratus persen berdampak positif. Artinya untuk menekan angka kemiskinan masih perlu solusi lain, yaitu dengan program-program yang berkaitan dengan lapangan kerja baru. Dengan demikian akan mengurangi angka pengangguran, dan masyarakat tidak hanya mengharapkan bansos yang diterima rutin, tetapi mau bekerja keras.

Bansos pun menimbulkan gejolak ditengah warga. Entah kesalahan pendataan yang kurang akurat, tidak berdasarkan acuan dan syarat-syarat bagi penerima, atau disalahgunakan oleh pendata yang memprioritaskan orang-orang tertentu dengan memanipulasi data, atau mungkin sebab yang lain. Sehingga masih banyak juga warga yang belum menerima  bansos  apapun. 

Sedangkan banyak  orang-orang yang terlihat kaya, memiliki mobil dan rumah yang tergolong mewah, tapi menerima beberapa jenis bansos. Hal itulah yang membuat iri bagi yang tidak menerima. Tidak jarang pula kasus-kasus warga yang protes ke pemerintah desa atau pak RT, ternyata yang didapat cukup jawaban bahwa itu data dari pusat.

Satu hal yang sangat ironis, dengan menerima bansos-bansos justru membuat banyak warga yang hutangnya semakin membengkak. Itu terjadi karena setiap mau pinjam uang berjanji akan bayar kalau menerima bantuan. Dan ke orang yang lain juga janji seperti itu, janji bayar hutangnya kalau bantuan cair. Satu pos bansos bisa dijanjikan untuk tiga sampai empat orang. Sulit dipercaya, tapi itu fakta meskipun tidak semua.

(ES, 16/10/22)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun