Entah berapa jumlah rasa yang ada di hati si nenek tahan banting, artinya berbagai rasa terasakan saat pertama bergabung dalam  grup WA Secangkir Kopi Bersama yang kemudian diketahui disebutnya eskaber atau SKB. Senang, bingung, takut, malu, minder, bangga dan entah rasa apa lagi ketika si nenek tahan banting tiba-tiba berada di grup WA SKB. Lupa memang proses awal kenapa dimasukkan oleh salah seorang yang tergabung dalam SKB, yang jelas sapaan anak-anak muda di grup tersebut seolah membuatnya tersanjung karena sepertinya mereka menganggap si nenek tahan banting berusia 30 tahunan. Ah, itu sih perasaan si nenek aja kali...ke-PD-an yah nek, ya ga taulah... hati nenek bercakap-cakap sendiri.Â
Mereka memang baik-baik, semua menyapa saat si nenek celingukan di hutan belantara. Tengak-tengok sorot matanya ketakutan jika melihat mata lain yang seakan siap menerkam, tapi akhirnya diberi senyuman manis. Ada juga yang langsung tertawa mungkin melihat si nenek bingung tapi kemudian menyadarkan bahwa nenek tenang saja ga usah merasa grogi. Dan semua yang melihat menyapa bukan untuk membully. Si nenek tahan bantingpun berusaha adaptasi meskipun hatinya kadang berontak ingin keluar dari lingkaran orang-orang asing. Berbagai karakter yang sebelumnya sama sekali tak dikenalnya. Sempat terbersit dalam benaknya kalau-kalau mereka adalah komunitas yang jahat. Atau ujung-ujung dimasukkan grup untuk tujuan kejahatan tertentu. Ah, cukup lama si nenek bertahan dengan memendam rasa takutnya.
Suatu saat, ada yang kirim pesan minta nomer rekening si nenek bahwa  hadiah hiburan berupa uang akan diberikan  . Tentu dalam hatinya bertanya hadiah apa, tapi malas juga untuk memikirkan hal-hal yang rumit. Secepatnya dikirim saja nomer rekening dan langsung masuk transferan uang meskipun kecil nominalnya tapi sangat besar nilainya. Nilai sebuah penghargaan di dunia baru, dunia penulis yang semula dirasakan seperti tersesat di hutan mengerikan yang penuh dengan binatang buas. Astaghfirullah, si nenek merasa  berdosa sudah berpikiran jelek pada orang-orang yang baik hatinya. Mengalir menyimak pembicaraan para senior dilakukan nenek setiap hari. Mau ikut komentarpun rasanya minder dan tidak ada keberanian. Takut salah kata, salah kalimat dan akhirnya dibully. Biarlah tetap bercokol dan bertahan untuk diam. Sampai akhirnya keinginan untuk bertanya tak bisa dibendung lagi. Dengan keyakinan akan mendapat jawaban dan dijelaskan secara detil, si nenek bertanya bagaimana cara menulis atau mengirimkan artikel di kompasiana. Satu, dua, tiga menit lebih tidak ada satupun yang merespon. Si nenek jadi benar-benar merasa malu dan ketahuan gapteknya. Kelihatan bodohnya, dan dipertontonkan seluruh Indonesia (karena anggota grup orang-orang dari beberapa kota di Indonesia). Kuat...kuat..., si nenek menguatkan hatinya. Tidak dikeluarkan dari grup'pun masih harus bersyukur. Mungkin, diantara mereka saling berpikiran si nenek salah kamar. Yang menyarankan masuk grup mungkin salah sasaran.Â
Hari berlalu sampai hampir satu bulan si nenek rajin membaca artikel-artikel yang dikirim ke kompasiana oleh teman-teman SKB. Ada Engkong Felix, Om Acekkk dan lainnya yang ga bisa disebutkan satu persatu. Si nenekpun tetap berusaha mencari tahu bagaimana cara menulis dan mengirim tulisan di kompasiana. Hingga akhirnya pada tanggal 3 Oktober 2022 yang seharusnya gencar mempromosikan dagangannya tepat pada hari Kretek Indonesia, tapi si nenek tahan banting justru utak-atik handphone mencari ilmu sendiri tanpa arahan youtube agar bisa menulis di kompasiana.
Alhamdulillah..., si nenek berhasil menulis langsung tanpa proses pengeditan.
Salam Eskaber
Banyumas, 3 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H