Mohon tunggu...
Ichio Ayomiku Nathalie
Ichio Ayomiku Nathalie Mohon Tunggu... Lainnya - Bersekolah di SMAK 5 Penabur

A long life learner, economy and accounting enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Pemuda dan Pelajar Indonesia yang Bersifat Diplomatis Demi Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Mesir

9 November 2024   11:25 Diperbarui: 9 November 2024   11:50 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          "Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” -Bung Karno. Kalimat yang dilontarkan oleh Bung Karno dapat terlihat dalam perjuangan pemuda serta pelajar untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh negara-negara Timur Tengah, terutama Mesir. Pada 22 Maret 1946, Mesir resmi mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto (mengakui Indonesia secara kenyataan/ketampakan) yang menjadikan Mesir sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Mesir atas kedaulatan Indonesia menjadi sebuah  kejadian penting tonggak perjuangan Bangsa Indonesia. Bahkan Hatta pernah menulis  “Kemenangan diplomasi Indonesia sesungguhnya berpangkal di Mesir. Karena dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya atas RI sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan telah tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, seperti yang selalu dilakukannya dahulu.” (Hassan, 1978, p. 32). Hal ini dapat terjadi tidak lepas dari perjuangan pemuda dan pelajar Indonesia di negara-negara Timur Tengah, khususnya di Mesir.

            Dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution (Deliar Noer, dkk., 1986) menceritakan perjuangan pemuda dan pelajar Indonesia di Mesir dari sudut pandang Harun Nasution, seorang akademisi, intelektual, pemikir, dan filsuf Indonesia yang pernah menempuh pendidikan di Mesir serta terlibat dalam revolusi kemerdekaan Indonesia di Mesir. Harun menganggap pers adalah salah satu kunci perjuangan Perpindom (Perhimpunan Pemuda Indonesia-Malaya) dalam menyebarkan informasi mengenai perjuangan rakyat Indonesia ke masyarakat Mesir. Untuk meraih simpati dan dukungan dari masyarakat Mesir, Indonesia menggaungkan solidaritas keislaman atau Ukhwatul Islamiyah. Oleh karena itu, nama Soekarno diubah menjadi Ahmad Soekarno, sedangkan nama Hatta dilengkapi menjadi Muhammad Hatta. Hal ini ditujukan tak lain dan tak bukan untuk menggaet simpati dari Mesir sebagai sesama negara Islam.

            Berdasarkan penuturan Zain Husain yang juga merupakan salah satu aktivis Perpindom, pada musim pertama haji setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, mereka menggalang dukungan dari para jama’ah haji yang berasal dari berbagai negara. Mereka membagikan brosur yang berisi informasi mengenai kondisi Indonesia saat itu dan seruan agar para jama’ah mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan mereka menghubungi Sekertaris Jenderal Azzam Pasha, Sekjen Liga Arab untuk ikut menyebarkan beritanya. “Kami sebarluaskan berita bahwa Indonesia sudah merdeka. Juga meminta bantuan dari dunia Arab untuk menyokong gerakan kemerdekaan Indonesia”, tutur Harun. Hal ini dimaksudkan karena jika Liga Arab telah dihubungi, maka beritanya akan lebih mudah tersebar ke seluruh negara Arab. Realita berjalan sesuai harapan, Liga Arab langsung turun tangan dan menolong. Lantas, bagaimana reaksi Belanda melihat mantan negara jajahannya hendak mendapatkan pengakuan dari Mesir?

            Pada 10 Juni 1947, Mesir hendak menandatangani Perjanjian Persahabatan Indonesia-Mesir (The Treaty of Friendship and Cordiality) sekaligus mengakui Indonesia secara de jure. Sesaat sebelum penandatanganan perjanjian tersebut, Duta Besar Belanda memprotes Mesir. Menurut A.R. Baswedan, Duta Besar Belanda itu langsung saja menyerbu masuk ke ruang kerja untuk mengajukan protes tanpa aba-aba. Perdana Menteri pun menjawab, “Menyesal sekali kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat, dan sebagai negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”, ujar Perdana Menteri Nokrashi Pasha.

            Hingga saat ini, hubungan antara Mesir dan Indonesia terjalin dengan baik. Keduanya masih menjalin kerja sama bilateral yang baik khususnya dalam bidang pendidikan, seperti program pengiriman mahasiswa Indonesia ke Universitas Al-Azhar dan kerja sama penyelenggaraan SIC (Sekolah Indonesia Cairo). Tidak pernah adanya kabar yang terdengar mengenai konflik antar kedua negara Islam dengan tali persaudaraan yang kuat tersebut. Selain itu, dari peristiwa ini dapat dipelajari bahwa besar peran pemuda-pemudi bagi Indonesia. Jangan seorang pun menganggap engkau rendah hanya karena engkau muda. Maju Indonesia, Maju Pemudanya!

DAFTAR PUSTAKA

           Jejakislam1. 2020. “Revolusi Kemerdekaan Indonesia dari Timur Tengah : Perjuangan Pemuda dan Pelajar di Timur Tengah (1)”. https://jejakislam.net/revolusi-kemerdekaan-indonesia-dari-timur-tengah-perjuangan-pemuda-dan-pelajar-di-timur-tengah/. Diakses 8 September 2024.

            Matroji. 2019. Catatan Peristiwa Sejarah SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Bumi Aksara.

            Wapresri. 2024. “Tingkatkan Kerjasama Pendidikan, Indonesia dan Al-Azhar Siapkan Generasi”. https://www.wapresri.go.id/tingkatkan-kerjasama-pendidikan-indonesia-dan-al-azhar-siapkan-generasi-penerus-islam-wasathiyyah/. Diakses 8 September 2024.

            Wilandra, Syaidina Sapta. 2019. Peran Pemuda Indonesia di Mesir dalam Revolusi Kemerdekaan: Studi Kasus Harun Nasution. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun