Mohon tunggu...
indra irawan
indra irawan Mohon Tunggu... -

Lahir di Pangkalan Lampam pada tanggal 01 Agustus 1986, lulusan Sekolah Menengah Atas tahun 2004...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wajah Tiga Sebastian

24 Januari 2014   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba saja Tio langsung terdiam manakala anaknya menanyakan keberadaan Dion,

“Lho, koq Papa datang sendiri, Om Dion mana..?” Tanya anak laki-laki yang yang hari ini genap berusia enam tahun tersebut.

Wajar jika anaknya bertanya demikian, karena memang biasanya Tio selalu pulang kantor bersama dengan Dion, mereka adalah teman satu kantor dan bukan hanya itu sudah hampir satu tahun ini Dion memang tinggal satu rumah dengan Tio dan isteri beserta anaknya. Tio yang memang tidak lupa jika hari ini adalah hari ulang tahun Bayu, Bayu Syailendra anak semata wayang mereka. Ia tentunya telah menyiapkan kado sebagai hadiah untuk anaknya tersebut. Dan seolah sudah siap, jawaban Tio pun meluncur dengan mulus ketika untuk kedua kalinya Bayu mengulang pertanyaan yang sama.

“Om Dion-nya sekarang sedang sibuk, jadi belum bisa datang. Jadi gimana di rumah aja atau mau keluar…?” Cepat-cepat Tio langsung mengalihkan pertanyaan kepada isterinya yang sedari tadi memperhatiakan mereka sambil berdiri di belakang anaknya.

“Kayaknya di rumah aja deh Pa, lagian Mama juga tadi udah pesen kue nya. Tuh udah ada di meja” Jawab istrerinya seraya menunjuk ke arah kue tart di meja ruang keluarga mereka.

Langsung menggendong Bayu, seraya tak lupa Tio merangkul bahu istrinya sambil melangkah mengarah ke ruang keluarga yang memang dari pintu masuk sudah kelihatan. Rumah yang mereka tempati memang tidak begitu luas tapi untuk ukuran keluarga kecil seperti mereka, ini sudah lumayan. Rumah yang dibangun diatas lahan seluas 300 meter persegi tersebut berkuran 10 X 14 meter dengan satu kamar tidur utama dan ditambah satu kamar tidur anak dengan kamar mandi berada di dalam masing-masing kamar, meski tidak luas mereka juga mempunyai ruang tamu dan ruang keluarga yang terpisah. Dibagian belakang terdapat dapur lengkap dengan satu set meja makan yang tertata dengan rapi. Rumah ini juga dilengkapi dengan satu lantai dibagian atas namun tak begitu luas yang mereka pungsikan sebagai kamar tidur yang digunakan oleh Dion, itu juga harus sedikit berbagi karena Tio menempatkan sebuah meja kerja disana, yang meski tak sering, terkadang ketika Tio sibuk ia harus membawa sedikit pekerjaan kantornya ke rumah. Di lantai atas terdapat koridor yang mengarah langsung pada pintukeluar yang biasanya digunakan Claudia untuk menjemur pakaian.

Untuk keluarga kecil seperti mereka tentunya dengan rumah yang demikian sudahlah cukup untuk membuat betah berlama-lama di rumah, apalagi rumah mereka juga dilengkapi dengan berbagai perabot yang jika kita nilai dengan uang tidak juga murah. Mulai dari kursi yang terdapat di ruang tamu, satu unit televise layar datar yang dilengkapi dengaDVD dan saound system yang terdapat disamping kiri dan kanan ditambah lagi ornamen-ornamen pajangan dinding. Di bagian dapur juga tak kalah, mereka mempunyai satu set peralatan masak semi modern ala apartment, tak lupa mereka menambahkan satu mesin cuci dan lemari es. Bahkan mereka juga mampu untuk memasang AC disetipa kamar, meski memang kapasitasnya tidak begitu besar.

Kali ini Claudia berusaha keras untuk menahan emosi dan belajar untuk memulai memaafkan Tio, menilai setiap apa yang dilakukan Tio adalah benar sesuai dengan ucapannya kala ia berjanji untuk berubah dan tidak mengulangi kesalahannya terhadap nasib rumah tangga mereka. Padahal jauh di relung hatinya betapa Claudia hancur berkeping-keping, rapuh, remuk dan tak berdaya jika lagi-lagi ia teringat akan kejadian malam itu. Kejadian yang sangat menyakitkan baginya. Jika saja ia tak terfikirkan akan nasib Bayu setelah ini, mungkin sudah dengan segera ia meninggalkan Tio dengan kehidupannya yang sekarang. Untuk hal ekonomi memang, sebagai seorang karyawan perusahaan swasta yang bergerak dibidang kontraktor, penghasilan Tio per bulan cukup berlebih untuk kehidupan mereka. Hanya saja memang sejak setahun belakangan ini, jelasnya sejak kedatangan Dion bergabung hidup di rumah mereka, Claudia merasa ada sesuatu yang lain pada diri Tio Sebastian, siaminya.

Hanya saja, sebagai istri yang baik, yang selalu manut pada suaminya Claudia hanya mampu bertahan sendiri dengan segala sakit yang ia rasakan. Apalagi sejak kepindahan mereka ke kota yang baru ini meski sudah lebih dari dua tahun Claudia dengan keluarga kecilnya berada disini, tak banyak yang ia lakukan kecuali di rumah, menjadi Ibu rumah tangga yang baik bagi suami dan anaknya. Keluarga semuanya jauh di kota asal mereka, sedangkan untuk bergaul di lingkungan sekitar Claudia sepertinya memang tipe seorang wanita tertutup, tidak pernah sekalipun ia terlihat duduk-duduk untuk sekedar ngobrol berbagi cerita dengan Ibu-Ibu yang tinggal di sekitar rumahnya.

Ini adalah hari ulang tahun Bayu Syailendra, anak semata wayang mereka. Claudia tentunya tak ingin merusak suasana bahagia yang dirasakan dalam kehangatan malam itu dengan pertengkaran. Pertengkaran demi pertengkaran yang akhir-akhir ini memang sering terjadi antara ia dan suaminya, pertengkaran yang hampir saja menghancurkan biduk rumah tangga mereka. Padahal dari awal hubungan mereka, tak sedikitpun terfikirkan di benak Claudia jika akan terjadi ujian seperti ini pada pernikahan mereka. Bahagia, itu adalah kata yang selalu menggambarkan apa yang mereka jalani selama berumah tangga, hingga akhirnya ketika Tio mengabarkan bahwa ia akan dipindahkan ke kantor cabang. Claudia yang sebelumnya adalah seorang karyawati di sebuah Bank swasta nasional ternama, demi bakti kepada suami Claudia harus merelakan pekerjaannya, berhenti dan mengikuti Tio untuk pindah ke kota yang mereka tinggali sekarang ini. Memfokuskan diri untuk hanya mengurus rumah tangga, suami dan anak satu-satunya Bayu Syailendra.

Sampai akhirnya prahara itu datang, manakala Tio mengutarakan keinginannya agar Claudia mau menerima keputusan untuk mengajak Dion tinggal serumah bersama mereka. Dion yang memang telah Claudia kenal selama ini adalah teman kantor suaminya. Tanpa menaruh curiga Claudia langsung saja mengiyakan apa yang diutarakan oleh sang suami. Toh kehadiran Dion tak lantas merepotkan bagi Claudia. Dion ditempatkan di ruangan yang berada di lantai atas, yang semula ruangan tersebut dijadikan ruang kerja oleh Tio. Sejak kehadiran Dion di rumah, Tio yang dulunya tak terbiasa membawa pulang pekerjaan kantor ke rumah, jadi lebih sering berada di meja kerjanya yang memang terdapat dalam satu ruangan kamar Dion di lantai atas. Meski telah merasakan ada sesuatu yang berubah Claudia tetap tak berfikir macam-macam terhadap sang suami. Sikap Tio masih menyayangi dan memperhatikan mereka meski tak sehangat dulu. Itu juga Claudia maklum mungkin saja sekarang memang Tio terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor yang memang menyita waktu, fikiran dan tenaga.

Meski Claudia berusaha keras untuk menahan kecurigaanya kepada Tio, namun naluri sebagai seorang isteri tak mampu ia bohongi. Sampai pada puncaknya malam itu, ketika seperti biasa Tio yang sepengetahuan Claudia masih sibuk dengan tumpukan pekerjaannya di lantai atas lupa membawa telepon seluler miliknya. Sudah lebih dari tiga kali Telepon seluler tersebut berdering. Karena berfikir mungkin saja itu adalah telepon penting, dengan tak bermaksud apa-apa Claudia berinisiatif untuk mengantarkan kepada Tio. Dan sungguh tak disangka-sangka, mata Claudia terbelalak dengan mulut menganga. Seolah jantung langsung berhenti berdetak kala itu, darah langsung mengalir deras ke ubun-ubun, dan seluruh tubuhnya terasa lemas. Teriakan Claudia membuat Tio dan Dion terjaga, bisa dibayangkan apa yang terjadi malam itu, pertengkaran hebat langsung terjadi antara suami isteri tersebut.

Claudia tak lagi mampu membendung emosinya, segala sesak dan rasa sakit yang selama ini ia tahan seakan tumpah ruah menjadi limpahan air mata kesedihan malam itu. Tio yang memang telah menyadari kekhilafannya selama ini serta merta menghaturkan kata maafdiiringi penyesalan kepada sang istri dan berjanji untuk takkan mengulangnya lagi. Meski sulit, dibalik kelembutannya Claudia adalah wanita yang tegar, ia masih mau menerima Tio kembali walau itu tak mudah baginya.

“Mengapa harus Dion, Pa…??” itulah pertanyaan terakhir Claudia yang tak mampu Tio jawab hingga kini.

…..*****…..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun