Mohon tunggu...
Hashiva Meilia
Hashiva Meilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi Universitas Airlangga

Seorang yang memiliki minat dalam menjalani kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bystander Effect dan Pengaruhnya terhadap Manusia Secara Sosial

18 Juni 2022   17:00 Diperbarui: 18 Juni 2022   17:07 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beredar sebuah berita pada 28 Mei 2022 bahwa seorang pengemudi Grab sedang “melecehkan” seorang perempuan yang diduga merupakan penumpangnya. Berita tersebut menjadi sensasional ketika video TKP diunggah di platform Tiktok dan Twitter. Berdasarkan berita yang beredar, tersebut berlokasi di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Beredar sebuah berita pada 28 Mei 2022 bahwa seorang pengemudi Grab sedang “melecehkan” seorang perempuan yang diduga merupakan penumpangnya. Berita tersebut menjadi sensasional ketika video TKP diunggah di platform Tiktok dan Twitter. Berdasarkan berita yang beredar, tersebut berlokasi di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Menurut kronologis dari perekam dan saudaranya sedang dalam perjalanan pulang dari belanja di toko terdekat, dalam perjalanan tersebut perekam dan saudara merekam kejadian ketika mereka mendengar seorang perempuan berteriak dengan histeris. Karena dalam perjalanan motor, mereka tidak bisa berhenti dan lanjut berjalan menuju tujuan mereka, namun sebenarnya ada saksi mata melihat kejadian namun tidak ada yang menolongnya. Menurut temannya perekam yang membagikan cerita di twitter, “Bapak gojek itu membuka jaketnya dan mencium bibir mbak tersebut secara paksa. Sebenarnya ada ibu-ibu yang sedang melihat di seberang jalan namun mereka hanya melihat dan tidak menolong.” Dengan viralnya berita ini, akun twitter Grab Indonesia meminta detail dari yang bersangkutan melalui DM agar bisa ditindak lanjuti.

Dalam video yang beredar, korban berteriak “tolong” dengan lantang dan keras namun orang yang ada disekitarnya tidak membantu dengan pemikiran bahwa akan ada orang lain yang membantu atau, jika orang lain ada yang bisa membantu, kenapa harus saya? Hal tersebut merupakan sesuatu yang dinamakan sebagai Bystander Effect.

Bystander Effect adalah sebuah teori psikologi mengenai kecenderungan seseorang enggan menolong orang lain dalam situasi genting ketika ada orang lain di sekitarnya.  Teori ini menjelaskan bahwa jika dalam suatu situasi ada semakin banyak orang, maka semakin kecil kemungkinan untuk menolong seseorang dibandingkan jika hanya sendirian yang ada di tempat kejadian perkara.

Untuk kasus seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), atau pelecehan anak, orang terkadang memiliki pemikiran “udah tidak usah mengurusi rumah tangga orang, tidak etis.” Pemikiran yang ketinggalan jaman ini memicu orang untuk memalingkan pandangan dan pemikiran dari suatu kejadian. Jika kejadian tersebut tidak bisa diselesaikan secara damai dari kedua pihak yang terlibat, sebaiknya dibantu oleh orang dari pihak luar agar ada moderator yang bersifat netral.

Dalam video tersebut, dengan orang-orang sekitar kejadian yang memilih untuk diam saja tidak membantu karena “itu merupakan rumah tangga orang, lebih baik kita tidak mengurusnya” adalah sebuah bystander effect. Sikap membantu mereka yang secara jelas membutuhkan bantuan masih tergolong tabu untuk warga Indonesia, terutama mereka yang sudah berumur. Ketika mereka yang masih muda ingin membantu, terkadang mereka dimarahi oleh yang lebih tua dengan alasan “kalian masih kecil, kalian tidak tau apa yang kamu lakukan.” 

Sifat tersebut tidak baik untuk dipertahankan karena sebagai seorang manusia yang memiliki sifat sosial, membantu seseorang yang membutuhkan merupakan suatu kewajiban. Dengan hanya melihat suatu kejadian seolah-olah insiden tersebut merupakan sebuah acara televisi, dapat membuat korban lebih menderita daripada yang sudah mereka alami.

Solusi terbaik untuk para saksi mata itu dengan berbagai hal. Dengan melihat keadaan korban, para saksi mata bisa melakukan tindakan langsung seperti menelpon polisi, atau memberi tahu petinggi daerah untuk memperluas kejadian agar dapat diselesaikan. Lalu dengan melihat watak dan keadaan dari pelaku, apakah pelaku tersebut membawa senjata tajam? Apakah pelaku memiliki aura yang berkesan jika mereka diganggu, saksi mata pun akan terkena getahnya? Apakah pelaku memiliki atribut yang melambangkan bahwa dirinya merupakan seseorang dengan kuasa yang tinggi? Atau jika sang pelaku merupakan seseorang yang gila dan membahayakan warga sekitar.

Sebagai saksi mata kita memiliki peran terhadap keselamatan korban dan nasib pelaku. Dengan berinisiatif untuk membantu korban, kita bisa membantu menyelamatkan sebuah nyawa, dimana nyawa tersebut juga memiliki keluarga, orang tua, keluarga, teman, atau bahkan anak. Dengan membantu sebuah nyawa, kita juga mendapatkan pahala dari membantunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun