Mohon tunggu...
Heru Susetyo Nuswanto
Heru Susetyo Nuswanto Mohon Tunggu... Dosen - Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Associate Professor at the Faculty of Law University of Indonesia and Human Rights Attorney at PAHAM Indonesia. Studying Human Rights toward a degree (LL.M) at Northwestern Law School, Chicago, and Mahidol University, Bangkok (Ph.D. in Human Rights & Peace Studies). External Ph.D. researcher in Victimology at Tilburg University, Netherlands. Once a mountaineer, forever a traveler...and eager to be a voice for the voiceless people. Twitter : @herususetyo FB : heru.susetyo@gmail.com; e-mail : heru@herususetyo.com; IG : herususetyo2611

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Slovenia, Sepotong Surga di Tepian Adriatik

29 Oktober 2017   01:07 Diperbarui: 29 Oktober 2017   15:42 5170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Slovenia, di mana tuh? Beda ya dengan Slovakia? Di sebelah mana-nya Italia? Demikian ungkapan-ungkapan yang lazim muncul apabila ada traveller Indonesia mendengar kata Slovenia.  

Sebelum datang langsung ke Slovenia, tak pernah terpikir sedikitpun dalam benak saya bahwa negeri tersebut "worth visiting".  Karena, sebelumnya, satu-satunya alasan saya untuk mengunjungi Slovenia adalah karena adik bungsu saya beserta istri Slovenia-nya (adik ipar saya) dan dua keponakan Eurasia yang super imut tinggal disana. Tepatnya di kota Velenje. Satu jam saja dari ibukota Ljubljana. 

Namun, setelah tiga hari di Slovenia, Saya wajib mengubah alasan saya. Ada atau tidak ada adik saya dan keluarganya di sana, negeri kecil mungil berpenduduk sedikit lebih banyak dari kota Depok memiliki banyak alasan untuk disambangi. Seperti kata rombongan doktor kulit Indonesia yang kami temui di Lake Bled: "Saya tiap tahun mesti datang kesini Pak. Tempatnya indah dan peaceful..."

Dan akhirnya kamipun berlabuh di sana. Persis di pertengahan Mei 2017. Dengan menempuh jalur darat via Zagreb, Kroasia, dalam waktu kurang dari dua jam kami sudah tiba di border Slovenia. Perbatasan ini tidak open border. Kendati kedua-nya sudah menjadi bagian dari Uni Eropa. Beda-nya Slovenia sudah menjadi bagian dari Schengen Countries dan menggunakan Euro sebagai mata uangnya.  Sementara Kroasia belum.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kontur Kroasia dan Slovenia sedikit berbeda. Kroasia adalah campuran kontur berbukit dan dataran yang  plain.  Sementara Slovenia lebih berbukit dan dipagari Julian Alps di sisi utara-nya dan memiliki sedikit pantai di tepian Adriatik. Tak heran, Slovenia nampak lebih hijau daripada Kroasia. 

Slovenia sungguh mungil.  Luasnya hanya sebesar propinsi Nusa Tenggara Barat . Dari sisi border di ujung barat (yang berbatasan dengan Italia) dan border timur yang berbatasan dengan Hungaria, hanya perlu tiga jam saja dengan mobil.   Sementara itu dari border di sisi utara yang berbatasan dengan Austria hingga border selatan yang berbatasan dengan Kroasia,  hanya perlu dua jam saja berkendara mobil. 

Ljubljana sebagai ibu kota Slovenia dan kota teramai di Slovenia kenyataannya lumayan lengang untuk ukuran ibukota negara.  Apalagi apabila dibandingkan dengan Jakarta.  Penduduknya tidak sampai 300.000 jiwa.  Alias lebih banyak sedikit dari Kecamatan Tambora di Jakarta Barat.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kendati Lengang, namun Ljubljana sarat dengan warisan kultural yang amat memanjakan mata. Sebutlah Ljubljana Castle, Dragon Bridge, Preseren Square, Tivoli Park, Triple Bridge dan Robba Fountain.

Namun jangan puas hanya dengan Ljubljana.  Banyak pemandangan alam ajaib yang terserak di seantero Slovenia. Sebutlah Lake Bled yang indah yang memiliki pulau di tengah-tengahnya. Lalu Lake Bohin yang berukuran lebih besar, atau Taman Nasional Triglav yang dikelilingi oleh alps dan hutan pinus dengan puncak-puncak menjulang putih di musim dingin.  

Dan Sungai Soca dan alirannya yang luar biasa jernih dan eksotik karena airnya nampak berwarna hijau tosca. Memandang sungai ini dengan puncak-puncak alps di hadapan yang menjulang putih seperti menyaksikan potongan surga yang tak sengaja jatuh ke muka bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun