Ada tiga pelajaran penting kalau ingin sukses bergaul antar bangsa dan antar budaya. Pertama, don’t judge the book from its cover. Kedua, jangan menggeneralisir. Ketiga, singkirkan stereotyping dan prasangka yang tak berdasar.
Masalahnya, ketika berinteraksi dengan orang dari kultur dan bangsa yang berbeda, belum-bel, um kita sudah preoccupied dengan prasangka-prasangka dan generalisasi yang ‘nggak jelas.’ Misalnya, stereotype terhadap orang Indonesia adalahsebagai bangsa ‘pemalas’ dan ‘jam karet’, padahal orang Indonesia yang rajin dan on time juga banyak. Lalu, orang Eropa digeneralisasi sebagai ‘individualis’, "jaim" dan ‘pelit’, padahal banyak juga di antara mereka yang amat friendly, penuh basa basi, tidak selfish dan senang mentraktir. Orang India tak lepas dari stereotype ini. Dianggap terlalu banyak bicara (bawel or talkative) daripada bekerja lalu badannya (maaf) kerap bau karena emoh menggunakan deodorant.
Sialnya, orang seringkali percaya dengan prasangka-prasangka tak berdasar tersebut ketimbang fakta di lapangan. Padahal ‘seeing is believing’, kalau kita melihat sendiri kita akan lebih meyakini. Ketimbang hanya mendengar saja tanpa pernah mengalami. Alias, kita lebih senang menjadi hamba gossip daripada menjadi hamba ALlah yang mengedepankan fakta lapangan.
Preoccupation seperti itu juga yangmenghinggapi saya ketika menyambangi India untuk keduakalinya. Persisnya ke Nirma University, Ahmedabad, Gujarat State di bulan Februari 2017 silam. Belum-belum saya sudah dihinggapi prasangka, wah bakal mencium banyak bau badan nih, wah bakal banyak berdebat di lapangan nih, wah bakal kelaparan nih, dan sebagainya.
Prasangka tersebut ternyata tidak sepenuhnya salah, tapi juga tak sepenuhnya benar. Sejak mulai menumpang B737-800 Malaysia Airlines dari Kuala Lumpur menuju Mumbai (Bombay) yang saya rasakan adalah hospitality ala pengundang saya, para Gujarati dari Nirma University, Ahmedabad. Tak sekedar mereka membelikan tiket saya pulang pergi Jakarta-Ahmedabad, namun juga memberikan servis terbaik.
“Veg or non veg”? pertanyaan pramugari Malaysia Airlines memecah konsentrasi saya. Ternyata ia menawarkan hidangan on board. Pilihannya, anda mau makanan vegetarian atau non vegetarian (otomatis ada daging, atau ayam, atau ikan dan derivat-nya disitu). Pertanyaan ini amat jarang saya temui dalam perjalanan bersama pesawat kemanapun di seluruh dunia. Biasanya pertanyaan pramugari adalah : “fish or chicken, sir?”, “omelette or potato”? “Beef or Lamb”? dan lain sebagainya.
Pertanyaan ‘Veg or Non Veg” ini ternyata terus saya temui seterusnya, tidak saja ketika berada di dalam pesawat yang menuju atau terbang dari India. Orang India yang beragama Hindu, umumnya memang vegetarian. Walau tidak semua juga. Data sekunder menunjukkan bahwa sepertiga dari total penduduk India adalah vegetarian. Daratan India amat luas dan banyak penduduknya. Kepercayaan dan agamanya juga bervariasi. Bahkan, empat dari agama/ kepercayaan besar lahir di negeri yang sekarang bernama India, yaitu : Hinduism, Buddhism, Sikhism, dan Jainism. Pemeluk Islam, Kristen Protestan, Katholik, Sikh, Jainism dan Buddhist di Indonesia juga signifikan jumlahnya walau totalnya tidak melebih dua puluh persen. Really a cutural and religious diversity nation !
Di Nirma University, Ahmedabad, ketika masuk waktu lunch di sela-sela conference kami, seorang panitia menangkap kegelisahan saya ketika memandang hidangan yang terserak di meja makan. Seolah bisa menangkap pikiran saya dia mengatakan : “don’t worry about food. This is all vegetarian. We anticipate that some participants are Muslims or in dietary, therefore we provide no pork.” Keren juga nih kampus, pikir saya dalam hati. Membuat saya tenang dalam menyantap makanan.
“Veg or non veg?” pelayan menyapa kami ramah. “Please feel free to take any meats, chicken or fish that you like”’ ujar Pal, salah seorang panitia kegiatan yang amat ramah. Karena rindu dengan makanan non vegetarian maka saya-pun memilih ikan,cumi, udang dan beberapa produk laut. Ketika menjumpai beef dan ayam, seraya hati-hati saya bertanya tentang status halal dari produk-produk tersebut. Dengan bangga sang pelayan mengatakan : "These are all halal !"