Cześć!
Kendati alhamdulillah sudah cukup sering ke Benua Biru, tidak sekalipun saya pernah menginjakkan kaki ke Polandia. Tidak pernah terpikir juga suatu waktu bisa menginjakkan kaki ke kampung Robert Lewandowski ini.
Memory saya sejak kecil tentang Polandia melulu adalah tentang Lech Walesa dan ‘Solidarnosc’-nya (Gerakan Buruh Solidaritas) yang menghiasi koran Indonesia dan TVRI di tahun 80-an. . Tentang pebola hebat bernama Zbigniew Boniek. Tentang bendera negara-nya yang sebelas duabelas dengan Indonesia, hanya kebalik saja (putih-merah; instead of merah putih). Tentang ibukota-nya bernama Warsawa yang sejak dulu saya kenal lebih dahulu melalui istilah Pakta Warsawa (Warsaw Pact) alias aliansi pertahanan yang dibentuk Uni Soviet di era cold war sebagai opponent utama dari NATO.
Belakangan, memory tentang Polandia lebih banyak terseret ke kehebatan para atlit olahraga-nya. Macam Robert Lewandowski (Bayern Munchen) dan Lukas Podolski (Galatasaray), lalu petenis Agnieszka Radwanska dan Angelique Kerber.
Namun ternyata, Polandia lebih dari sekedar Lewandowski dan Radwanska. Ketika memasuki Polandia via EC 45 PKP ICcc train dari Berlin ke Poznan Glowny, negeri mantan satelit Uni Soviet ini tidak terlalu jauh tertinggal secara fisik dibandingkan jirannya, Germany. Memang, Germany nampak lebih modern dan sarat dengan pembangunan, namun Polandia juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Sisa-sisa peradaban tua-nya masih terpelihara di tengah-tengah pembangunan pasca perang dingin yang juga meningkat pesat.
Polandia adalah negeri dengan taraf ekonomi tertinggi di Central Europe. Keenam tertinggi di European Union dan yang tertinggi di antara mantan negara-negara mantan komunis yang tergabung dalam European Union. Sejak 1990 Poland menerapkan kebijakan liberalisasi ekonomi. Ia sukses menempati ranking 20 sedunia dalam hal peringkat GDP dan terkategorikan sebagai 'high income economy' oleh World Bank.
Kerennya, dengan kemajuan ekonomi seperti ini, living costs di Poland terbilang murah dibandingkan jirannya Germany, Netherlands, Belgium or France atau negara-negara yang masuk ke dalam Eurozone. Kekeuh menggunakan mata uang sendiri yaitu Polish Zloty (PLN). Saya sudah membuktikannya. Ketika membayar taxi, makan di restoran, membayar hotel hingga membeli makanan kecil di minimart, Harga-harga disini sungguh WOW !
Penduduknya juga cenderung lebih hangat dan less formal ketimbang jiran-nya. Beberapa kali bercakap dengan supir taxi, resepsionis, common people, mereka tampak helpful dan bersahabat. Jauh dari kesan kaku dan dingin yang lekat dengan citra negara-negara Eropa Timur di era cold war.
Well, masih banyak lagi yang menarik untuk di-explore tentang Poland. Intinya, seeing is believing. I need to change my mind about Poland and Polish from now on....
Dziękuję Ci !