Mohon tunggu...
Syaiful Rohman R
Syaiful Rohman R Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Sampang, Madura

Praktisi Pendidikan, Penulis, Penggiat Literasi, Pemerhati Lingkungan Hidup, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Kritis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

1 Oktober 2022   11:56 Diperbarui: 1 Oktober 2022   12:04 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) bahwa sebenarnya yang dinamakan "pengajaran" (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah proses pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Adapun "pendidikan" (opvoeding) adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak-anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD bahwa  pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

KHD juga mencetuskan 3 (tiga) semboyan yang sangat menginspirasi dalam dunia pendidikan, yaitu ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan). Trilogi semboyan pendidikan di atas, hingga saat ini terus diimplementasikan dalam pendidikan dan pengajaran di Indonesia.

 

Secara teoritis, pemikiran KHD telah relevan dengan konteks pendidikan Indonesia. Hal ini mengacu pada UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini berarti pemikiran KHD telah terserap dalam tujuan pendidikan nasional.

Namun secara praktik, pemikiran KHD tentang pendidikan dan pengajaran belum mampu diterapkan secara utuh, menyeluruh dan konsisten dalam dunia pendidikan nasional. Ini berarti dunia pendidikan nasional belum mampu memberikan tuntunan pencapaian kodrat diri anak dan kebahagiaan dalam proses belajar.

Secara khusus, sekolah harus terus berbenah agar mampu menjadi wadah tumbuhnya kodrat diri peserta didik secara optimal, konsisten dan berkelanjutan. Untuk itu, penulis dan para pendidik lainnya harus terus belajar agar tidak abai "menuntun" peserta didiknya dalam mencapai kodrat diri dan terus mencoba menerapkan "trilogi semboyan pendidikan" KHD ditengah beragam regulasi pendidikan yang begitu kompleks.

Sebagai pendidik, penulis merasa belum optimal dalam melaksanakan pemikiran KHD. Penulis kadang-kadang masih menganggap bahwa guru hanyalah sekedar profesi, sehingga kurang begitu optimal dalam menuntun anak secara lahir dan batin. Dalam menjalankan aktivitas sebagai guru, penulis merasa belum merdeka dalam mengajar, masih banyak beban kerja "administrasi" guru yang sering membuat waktu "terbuang" untuk mendidik, melatih dan membimbing peserta didik secara optimal, baik dan benar. Namun demikian, penulis harus tetap semangat, tetap jaga kondisi dalam bekerja, belajar dan berkarya dalam dunia pendidikan pada umumnya dan sekolah pada khususnya.

Penulis sebagai pendidik. berharap mampu memahami dan menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara secara utuh, menyeluruh, lengkap, baik dan benar. Selain itu, penulis juga berharap mampu menuntun peserta didik untuk mencapai kodrat diri, bahagia dalam pembelajaran, menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Penulis ber-ekspektasi agar terdapat kegiatan forum komunikasi dan diskusi yang lebih inovasi, kreatif dan optimal antara Calon Guru Penggerak, Pengajar Praktik, Fasilitator dan Instruktur.

Semoga barokah. Aamiin ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun