Mohon tunggu...
Si Fakir Yang Hina
Si Fakir Yang Hina Mohon Tunggu... lainnya -

Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, bila ada di depan tiada yang mengenal dan ketika ia tidak ada tak seorangpun yang mencari, karena dia adalah Si Fakir Yang Hina >> www.alamhikmah.org

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Sang Professor 2 Kali Menemui Ajal (Sebuah Kisah Nyata)

31 Juli 2011   11:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="604" caption="Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut"][/caption]

Doa pembersih jiwa dari pembimbing Sang Prof (Al Habib Syaikh Abdul Madjid Ma’roef R.A)

“Allohumma yaa waahidu yaa ahad, yaa wajidu yaa jawaad, sholi wasallim wa baarik ‘ala sayyidinaa muhammmadin wa ala ‘ala ali sayyidina muhammad, fii kullilamhatin wanafasim bi ‘adadi ma’luumaatillahi wa fuyudlotihi wa amdadih“

Oleh-oleh dari Sang Prof menjelang bulan Ramadhan:

Sungguh tak terduga dan tak terkira, pengalaman yang sangat langkah dan begitu berharga itu tiba-tiba diberikan beliau kepada kami, kebetulan ada tamu dari Saudi Arabia berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan Sang Prof.

Tiba-tiba Beliau menceritakan pengalaman “2 kali ketika menemui ajal”, dengan detail serta runtutan kronologis bagian per bagian bagaimana roh itu keluar dari jasadnya, beliau ceritakan semua.

Tak terelakkan ujian demi ujian datang silih berganti saat itu juga, ujian berupa anak, istri, harta, bahkan diri kita sendiri merupakan ujian yang terbesar yang akan menjegal lolos dari iman.

Sang Prof berkata “Ternyata sakaratul maut yang paling berat ketika ada di hati”

Kenyataannya, pada saat sakaratul maut itu berlangsung, saat itulah dicabutnya kesadaran dari otak kecil sebagai pusat pengendali jasad, maka saat itu semua terlupakan, ibadah tidak bisa, bahkan mengucap dzikir tidak mampu, karena syaraf sensorik maupun motorik tidak berfungsi lagi, dan pada saat itu yang berfungsi adalah hukum roh bukan hukum jasad lagi.

Pengalaman Pertama :

Pengalaman itu terjadi pada tahun 1994, saat itu usia Beliau sekitar 35 Tahun

Sebuah kejutan, hari itu tiba-tiba ada tamu tak diundang datang menemuiku, tamu yang benar-benar seketika membuat bulu kudukku merinding, sangat mengerikan, makhluk ciptaan Allah yang mau tidak mau semua manusia pasti akan berjumpa dengannya, itulah Malaikat Izroil memberikan kabar “Bahwa sebentar lagi aku akan mati”.

Kulihat fisik Malaikat Izroil sungguh sangat mengerikan, begitu besar dan tinggi, sehingga wajahnyapun tak nampak lagi tertutup oleh langit, dan nampak bukan seperti manusia pada umumnya, sungguh sangat mengerikan.

Sepengetahuan dan pengalamanku, Malaikat Izroil mencabut nyawa bukan seperti orang mencabut rumput, akan tetapi hanya dengan pandangan tajam seketika itu tubuh serasa kaku tiada berdaya, urat syaratpun saat itupun tiba-tiba tidak berfungsi lagi.

Saat itu kutolehkan wajah memandang istriku dengan buah hatiku yang masih kecil, lucu nan cantik itu, Ingin rasanya kuteriakkan kepada istriku bahwa sekarang aku dalam keadaan sakaratul maut, tapi itu hanya sia-sia, karena urat syarafku sudah tidak berfungsi lagi, bibirku sudah terkunci rapat, tiada satupun kata yang keluar, hanya rasa sakit begitu luar biasa kurasakan.

Tiba-tiba nampak jelas dihadapanku bayangan mengenai istri dan anakku, kubayangkan istriku sebentar lagi menjadi janda, dan anakku yang sebentar lagi anak yatim, banyak tamu sebentar lagi akan datang kerumah, untuk bertakziah, dan bayangan itu sangat jelas di depanku.

Saat itu hanya pasrah menunggu ajal menjemput, nyawapun terus berjalan dengan perlahan keluar dari jasadku, tapi saat itu bibir masih sempat membaca sholawat kepada Rasulullah berdzikir nidak “Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah”, bahkan kubaca ulang-ulang kalimat toyyibah “Laa Ilaha Illalloh” tapi itupun sia-sia rasa sakitpun masih terasa.

Sampailah nyawa itu berjalan tepat di dada tepatnya di bagian hati, saat itu kurasakan sungguh luar biasa sakitnya, sangat sakit sekali, tiada pernah dalam hidup kurasakan sesakit ini.

Benar kata Rasulullah pada saat ditariknya Roh seperti sabetan pedang 300 kali berturut-turut, sampai tidak kuatnya tubuhku menghadapi sakit yang luar biasa itu, sampai keluar keringat dingin, lemas tiada berdaya.

Saat-saat itu…

Ketika kuingat istriku, sakitnya semakin bertambah,

Ketika kuingat anakku, sakitnya semakin parah, dan

Ketika kuingat hutang-hutang yang belum lunas terbayarkan, sakitnya malah semakin menjadi,

Sampai berdizikirpun tidak mengurangi rasa sakit yang luar biasa itu,

Akhirnya pada saat yang gawat seperti itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menuntunku dengan berkata:

“Istighroq…. lepaskan semua bayangan dan rasa sakit, di akal pikiranmu. Semuanya tenggelamkan kebawah sampai kehati, jangan kau lawan, ikuti terus dan lepaskan sampai NOL, tidak ada apa-apa, leburkan semuanya, karena semuanya itu bukanlah apa-apa dan bukanlah siapa-siapa”

Maka ketika kutenggelamkan jiwaku, tiba-tiba sakit yang begitu hebat menderaku tidak terasa lagi, semuanya hilang dan saat itulah roh yang dicabut itu dikembalikan lagi pada posisi semula.

Saya bersyukur, karena itu merupakan pelajaran yang begitu dalam dan bermakna dalam hidupku.

Semua pasti akan kutinggal, tak terkecuali, anak, istri, harta, dunia, bahkan jasad yang ku cintaipun akan meninggalkanku.

Pengalaman kedua :

Pengalaman ini terjadi sekitar awal tahun 2010

Tiba-tiba ada suara yang memberitahukan kepadaku kurang lebih suara itu berkata

“Bersiaplah sebentar lagi malaikat izroil menjemputmu, karena waktu sudah habis”

Seperti pengalaman sebelumnya, ingin rasanya menceritakan kabar ini kepada istriku akan tetapi mulut rasanya sudah terkunci.

Aku merasakan syaraf-syaraf dibagian belakang kepala sudah putus, sehingga seluruh bagian tubuhku tidak berfungsi, dan memori yang ada di kepalaku tiba-tiba hilang semua.

Tapi saat itu atas karunia Allah, akupun diberi persiapan untuk “Istighroq atau NOL”, sehingga saat itu yang terpakai hanya rohani.

Ketika aku menunaikan panggilan sholat bukan lagi atas perintah pikiran, akan tetapi spontan rohani yang memerintah dan menggerakkan jasadku, dan ketika sholatpun aku tidak tahu yang kubaca itu apa, hanya roh yang menghadap saat itu.

Begitupula pada waktu bermujahadah, sambil memutar tasbih tidak tahu apa yang kubaca, sampai bertemu dengan tamu pun aku tidak sadarkan diri (kebetulan tamu itu adalah si penulis sendiri), tapi pada saat itu aku seperti orang normal, tidak ada apa-apa.

Ketika makanpun semua terasa hambar, tiada rasa apapun.

Saat itu kutunggu sampai maghrib, berjalan isya sampai menjelang subuh tiba aku pun tersadar dari itu semua, ternyata Malaikat Izroil tidak datang.

Sehingga saat tersadar menangislah diri ini karena masih begitu banyak salah dan dosa yang masih belum terhapuskan.

Saat itu kesempatan hidup untuk yang ke tiga kalinya datang.

#######

Dari pengalaman itu Sang Prof berkesimpulan bahwa:

“Semua pasti ada jalannya, dan jalan mati adalah istighroq (NOL tidak merasa apa-apa, pasrah kepada Sang Pencipta)”

Beliau juga berpesan ternyata untuk pulang ke alam sana, tidak bisa mengandalkan akal pikiran, kemampuan maupun pengalaman, hanya roh yang terlatih yang senantiasa menghadap kepadaNya, dan hanya jiwa yang sucilah yang mampu melakukan perjalanan kepada Sang Pencipta, sehingga selamat bisa kembali keharibaan Sang Pencipta.

"Ya ayyatuhannafsul muthmainnah, irji'i ila robbiki rodziyatammardziyyatan fadkhuli fi'ibadi wadkhuli jannati "(Wahai jiwa yang tenang, masuklah dengan ridlo lagi diridloi, masuklah sebagai hambaKU, dan masuklah ke dalam surgaKU)

Alangkah menyesalnya wahai saudaraku, kalau kita hanya ibadah, sholat, berpuasa, dan berbuat baik, hanya bungkusnya saja, akan tetapu rohani tidak dilibatkan, karena yang pulang keharibaanNya adalah ROH bukan JASAD.

Bungkus yang berupa jasad (cantik, gagah, kaya, terhormat, dan mulia) akan kita tinggal di dunia ini, asalnya dari tanah kembali ketanah, mungkin ROH kita akan menangis ketika sudah lepas dari jasad yang ternyata jasad adalah musuh terberat bagi rohani kelak di hari kemudian ( baca Dialog Mengerikan Antara Roh dan Jasad ).

Dari sinilah Sang Prof menceritakan awal mulanya pengetrapan NOL dengan meniadakan diri dan yang ada ini, untuk menemukan yang Maha Ada, sehingga menggapai puncak perasaan BILLAH. (LAA HAULAA WALA QUWWATA ILLA BILLAH).

Dalam filsafat jawa untuk menemukan jalan tersebut menggunakan metode “MATI SAK JERONING URIP, URIP MUNG SAK DERMO NGELAMPAHI” artinya merasa mati dalam kehidupan ini, tidak merasa apa-apa, tidak merasa memiliki kemampuan dan kekuatan, karena hidup hanya sekedar melaksanakan skenario dan Sang Sutradara Agung (Allah Sang Pencipta).

Kepada teman-teman kompasianer

Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga hati dan roh kita disucikan dalam bumi kerendahan di bulan ramadhan yang penuh berkah ini.

Selamat berjuang kawan dan semoga selamat sampai tujuan…

[TELKOMSEL RAMADHANKU]

==============================================================================

Catatan kelam perjalanan hidup dari si fakir yang hina

Dalam bumi kerendahan, 31-07-2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun