Mohon tunggu...
Si Fakir Yang Hina
Si Fakir Yang Hina Mohon Tunggu... lainnya -

Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, bila ada di depan tiada yang mengenal dan ketika ia tidak ada tak seorangpun yang mencari, karena dia adalah Si Fakir Yang Hina >> www.alamhikmah.org

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pantaskah Diri Ini Mendapat Gelar Muttaqin? (Renungan Penghujung Ramadhan)

27 Juli 2014   15:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1406425127779483073

Wahai saudaraku…

Dipenghujung Ramadhan ini para malaikat gemuruh dan goncang karena sebentar lagi umat Muhammad Rasulullah Saw akan ditinggal oleh bulan Ramadhan yang bertaburan dengan mutiara-mutiara maghfiroh (ampunan) dari Allah dan sebentar lagi alam barzah akan kembali seperti sedia kala sebelum bulan Ramadhan, siksa akan kembali seperti sedia kala sebelum bulan Ramadhan datang.

Semua ahli kubur gemuruh tidak seperti masuk dibulan Ramadhan siksa diangkat terasa tenang ahli kubur akan tetapi sebentar lagi ahli kubur hanya menunggu doa-doa kita yang ada didunia, agar diampuni oleh Allah.

Dan sebentar lagi kita sudah sampai dipenghujung Ramadhan dimana bulan penuh rahmat dan ampunan ini akan meninggalkan kita semua dan semoga diujung Ramadhan ini kita diberi fadhol oleh Allah Swt sehingga disisa akhir Ramadhan ini benar-benar manfaat dan mendapat titel idul fitri.

Tapi bagaimana dengan keadaan kita? hampir sebulan penuh kita dilatih dipusat jiwa dan kita dilatih dipusat hati dengan tujuan agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa dan dekat dihadapan Allah Swt

Sangat cepat sekali waktu ini… kita melaksanakan puasa yang tinggal sisa yang sedikit!

Sangat cepat sekali waktu ini… rahmatnya Allah yang diberikan kepada kita yang setiap hari penuh dosa, setiap hari lupa kepadaNya, setiap hari hati kita jauh dari Allah bahkan setiap hari kita syirik dihadapan Allah.

Bibir mengucap Allah adalah Tuhanku akan tetapi kenyataan hati bohong tidak ingat kepada Allah bahkan senantiasa merasa mampu, senantiasa merasa kaya, merasa suci, bahkan dirinya disembah dengan nafsu rububiyah (nafsu keTuhan-Tuhanan) sehingga hatinya merasa menjadi Tuhan dan mengaku menjadi Tuhan padahal hanya Allah (ILLALLOH) yang patut kita sembah.

Oleh karena itu iman yang ada dihati kita ini akan diuji dulu oleh Allah Swt, iman sungguh kah kita? atau iman imitasi?

Ingat kalau iman kita imitasi, otomatis hati kita tidak menjagakan, mengharap, dan butuh kepada Allah, masih ada pandangan selain Allah walaupun satu biji atom makhluk yang ada didalam jiwa tidak akan menjadikan kita sampai kepada Allah karena DIA Esa tiada sekutu bangiNya dan kita akan terhalang dan terhijab tidak akan sampai kepadaNya.

Mari kita bertafakur wahai saudaraku…

Ketika la a’llakum tattaquun hatinya hanya benar-benar kepada Allah, maka apa mungkin kita bisa disebut taqwa kalau masih menyakiti Allah dengan perasaan aku walau hanya satu atom?

Satu kali ada perasaan aku saat itulah penyakit rububiyah sudah meracuni hati!

Apakah rububiyah itu? Rububiyah adalah nafsu keTuhan-Tuhanan, dan sekali kita merasa aku, merasa mampu, merasa kuat, maka saat itulah kita terjangkit nafsu rububiyah (nafsu keTuhan-Tuhanan).

Ingat saudaraku…

Jauhilah sifat-sifat atau perasaan rububiyah tersebut, karena sekali merasa mampu, merasa kuat yang timbul dari diri kita yaitu PERASAAN AKU, maka leburlah semua amal yang kita lakukan karena kita merasa menjadi Tuhan atau mengaku sebagai Tuhan.

Mari kita koreksi diri ini….

Ketika kita merasa mampu beribadah (puasa, sholat, zakat, haji, dll) saat itulah kita terjangkit penyakit RUBUBIYAH karena yang mampu, berkuasa atas segalanya itu hanya Allah Sang Pencipta, begitupula kita merasa kuat, kalau kita merasa kuat (kuat ibadah) langsung nafsu RUBUBIYAH menancap didalam hati.

Ingat firman Allah:

La'in 'Asyrakta Layaĥbaţanna `Amaluka Wa Laatakuunanna Minal Khoosiriina

"Jika kamu mempersekutukan Tuhan (merasa aku), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar [39]: 65)

Bagaimana dengan diri kita? Adakah perubahan didalam diri kita dipenghujung ramadhan ini? ingat kesempatan kita terbatas, sebentar lagi akan kita tinggal. Orang awam bergembira akan datangnya idul fitri sedangkan orang yang bijak sadar kepada Allah hanya bersimpuh berlinangan air mata karena akan ditinggal ramadhan yang penuh barokah.

Selamat tinggal yaa ramadhan… semoga kita bertemu ditahun mendatang, tapi….. sampaikah umur hamba yang hina ini untuk menemuimu kembali yaa ramadhan ditahun mendatang.

Saudaraku…. waktu kita terbatas…. Sekali lagi sangat terbatas…!!!

Adakah perubahan dengan datangnya ramadhan ditahun ini, mungkinkah diri ini akan menjadi muttaqin atau kembali kedalam kesucian idul fitri?

Ingat… ketika sebelum Ramadhan diri ini suka pamer dan selalu ingin dikenal, apakah sekarang sudah hilang dalam diri ini perasaan pamer dan ingin dikenal itu?

Ketika kita tadarus bagaimana andaikan tidak ada pengeras apakah kita rela ataukah malah kecewa karena tidak didengar orang?

Ingat wahai saudaraku…!!!

Umat islam yang benar-benar hati-hati dan bersyukur (muttaqin) kepada Allah Swt, ketika dipenghujung Ramadhan justru menangis, bersimpuh dimalam hari sehingga nampak dosa-dosa yang ia lakukan, nampak kerendahan yang ia lakukan dan benar-benar hatinya tertanam perasaan rendah-serendahnya dan penuh berlumuran dosa.

Orang-orang yang benar-benar bertaqwa di sepuluh penghujung Ramadhan terakhir hatinya sudah tertanam perasaan rendah dan nampak dosa-dosanya, Dimana orang awam sibuk untuk mempersiapkan dan menyambut bahagia kemenangan idul fitri sedangkan Si Muttaqin sibuk mengoreksi diri, hanya mengatakan “kami penuh dosa ya Tuhan… kami penuh dengan kesalahan ya Allah…” sehingga air mata butir demi butir meleleh dipipi sehingga Si Muttaqin tidak berkutik dihadapan TuhanNya, Si Muttaqin hanya merasa rendah dihadapan Allah sambil  lisan berucap lirih :

“Ampunilah dosaku ya Tuhan… ampunilah aku ya Allah… ampunilah kedua orang tuaku ibu yang melahirkanku dan ayah yang telah membesarkan aku dengan keringat menetes dibumi ini, sedangkan air susu ibuku belum terbalas, keringat ayahku pun tidak terbalas sampai ibuku berpulang ketika penghujung bulan Ramadhan aku datang ke tempat peristirahatan terakhir disana ada batu nisan terukir nama ibuku yang aku cintai”

Saat itu Si Muttaqin tidak berkutik dihadapan Allah…

Si Muttaqin pernah menghitung amal ibadah yang ia lakukan…

Si Muttaqin tidak menampakkan ibadahnya karena mengerti bahwa semua itu adalah pemberian dari Allah yang Maha Suci

Si Muttaqin hanya menampakkan diri didalam bumi kerendahan dan alam yang penuh dosa, merasa tidak pantas ketika pintu surga dibuka, merasa tidak pantas ketika bidadari menyambut.

Alangkah teriris hati Si Muttaqin karena kerendahan itulah yang mendapatkan maqoman mahmudah yaitu maqom yang terpuji dimana Si Muttaqin hanya ada DIA dan yang ada hanya Sang Pencipta karena keyakinan yang membara “Laa ilaa ha Ilallooh” dihati ada kenyakinan tiada yang wujud, tiada yang ada kecuali Allah Sang Pencipta.

Maka Si Muttaqin hanya linnafahil ilahiyyah (hatinya hanya ada Alllah) dan kemapuan yang ada didalam hatinya itu dibuang jauh-jauh karena semua itu milik Allah Sang Pencipta (LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH).

Wahai saudaraku…

Apakah kita sudah termasuk golongan muttaqin dan orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah?

Apakah hati kita sudah bisa merendah atau congkak dihadapan Allah?

Ingat…!!! Merasa baik sekali kita sudah mewarisi virus-virusnya iblis yang ada didalam hati! dan satu kali merasa baik iblis akan tertawa bangga dengan diri kita, kita dianggap saudaranya iblis dan kita akan dianggap sebagai temannya iblis!

Ingatkah dalam sejarah iblis terlempar dari surga hanya karena tertanam perasaan baik (merasa aku) yang ada didalam jiwanya!

Bagaimana dengan diri kita dipenghujung Ramadhan yang akan segera meninggalkan kita?

Masih adakah perasaan aku (aku mampu, aku ahli ibadah, aku baik, aku mulia) didalam diri kita?

Padahal waktu ini sangat terbatas, mungkin bulan Ramadhan akan datang tidak akan bertemu lagi, dan mungkin Ramadhan ini adalah bulan Ramadhan yang terakhir bagi kita.

Tahu-tahu dunia bergetar Izroil datang dihadapan kita dikatakan waktumu sudah habis kamu harus kembali pulang kepadaNya!

Sungguh alangkah menyesalnya kita karena kita bisa jadi keluar dari bumi ini masih ada kesyrikan membawa sifat aku didalam jiwa kita!

Wahai saudaraku… Mari dipenghujung Ramadhan ini, kita koreksi sedalam dalamnya…

Seorang muttaqin yang berakal sempurna dia memilih sendiri menghitung dosa-dosa yang pernah ia lakukan.

Dikala orang umum menghitung amal dan pahala seorang yang muttaqin hanya diam tertunduk sambil menangis dihadapan Allah karena banyaknya dosa yang pernah ia lakukan.

Tidak pantas Si Muttaqin menghitung amal dihadapan Allah…

Tidak pantas Si Muttaqin membanggakan amal yang ia lakukan dihadapan Allah…

Semua umat berbahagia karena mendapat pahala, tapi Si Muttaqin dia tertunduk malu tidak pantas bersimpuh..

Si Muttaqin hanya banyak menangis dan sedikit tertawa…

Si Muttaqin sadar bahwa ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, yang ada hanya kerendahan dan NOL dihadapan Allah

Karena LAA MAUJUDA ILALLOH (TIADA YANG WUJUD SELAIN ALLAH), maka yang dibanggakan yang Maha wujud dan Maha Pencipta!

Ingat wahai saudaraku…

Ketika kita keluar dari Ramadhan ini dengan membawa perasaan bangga (aku), sesungguhnya kita gagal berjalan menuju kepada Allah dengan titel muttaqin!

Semoga di akhir Ramadhan ini hati kita dibersihkan, jiwa kita disucikan dari NAFSU RUBUBIYAH DAN VIRUS-VIRUS ANANIYAH sehingga kita keluar dari bulan Ramadhan yang penuh ampunan dan kasih sayangNya ini benar-benar mencapai maqom taqwa dihadapan Allah yang sesuai dengan tujuan dari puasa itu sendiri.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa” (QS. Al Baqarah [1]: 183)

-------------------------------------------------------------

Catatan kelam perjalanan “Al Fakir” yang hina

Dalam Bumi Kerendahan, 26 Juli 2014

“Hidup Sekali Harus Berarti”

Refrensi :

Siapakah Orang Yang Berhak Mendapat Titel Taqwa Di Penghujung Ramadhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun