Mohon tunggu...
hsbiah
hsbiah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Design

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stereotip Terhadap Teman Tuli

7 Desember 2023   01:10 Diperbarui: 7 Desember 2023   01:11 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Teman tuli" adalah sebutan yang akrab digunakan untuk teman-teman dengan gangguan pada sistem pendengaran. Kekurangan dalam kemampuan mendengar menyebabkan hambatan dalam berbicara dimana teman tuli tidak dapat mengetahui bagaimana suara vokal dari huuf abjad dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, teman tuli dalam proses berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa isyarat. Ada juga sebutan lain yaitu "teman dengar"  yang digunakan oleh teman tuli untuk menyebut individu dengan tidak memiliki gangguan pada pendengaran.

Bahasa isyarat merupakan bahasa yang memiliki peranan penting khusunya bagi komunitas teman tuli. Bahasa tersebut mengedepankan suatu komunikasi secara manual, bahasa tubuh, dan gerakan bibir. Secara umum, pengertian dari bahasa isyarat ialah bahasa yang digunakan secara visualisasi dengan tujuan berkomunuikasi melalui gerakan bibir maupun gerakan tangan ynag spesifik.

Faktanya, bahasa isyarat yang digunakan untuk sarana komunikasi ditiap negara berbeda-beda. Amerika serikat dan Inggris yang bahkan memiliki bahasa tertulis sama, nyatanya kedua negara tersebut memiliki bahasa isyarat yang sangat berbeda meliputi American Sign Language dan British Sign Language. Sebaliknya, terdapat negara yang memiliki bahasa berbeda misalnya Inggris dan Spanyol, akan tetapi keduanya menggunakan bahasa isyarat yang sama.

Bahasa isyarat di Indonesia terdiri dari dua bahasa, yakni Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Kekakuan tata bahasa menyebabkan Teman tuli mengalami kesulitan dalam proses komunikasi saat menggunakan SIBI karena pada dasarnya SIBI dirancang oleh orang yang bukan tuli. Mengatasi permasalahn tersebut, internal komunitas pun menciptakan BISINDO untuk kepentingan komunikasiberjalan dengan lancar.

Tapi, apakah masyarakat indonesia sudah cukup "ramah" terhadap teman-teman disabilitas? Streotip melekat terhadap kaum disabilitas yaitu mereka dianggap tidak bisa berkomunikasi sehingga menyebabkan minimnya kontribusi. Hal tersebut mengakibatkan masih sering didapatkan teman tuli yang tidak terbiasa dengan dunia kerja ataupun banyak perusahaan yang masih saja belum komprehensif. 

Padahal, teman tuli masih punya cara lain untuk berkomunikasi layaknya orang biasa tetapi dengan cara yang berbeda. Streotip ini kebanyakan timbul ketika teman tuli ingin melamar pada suatu pekerjaan. Mereka menganggap bahwa mereka tidak memiliki suara, padahal teman tuli memliki kemampuan bersuara seperti pada umumnya.

Negara maju seperti di Amerika Serikat sudah ada penyediaan institusi pendidikan dengan akses juru bahasa isyarat. Dengan ketersediaan tersebut, teman tuli maupun teman dengar mengikuti pembelajaran dalam satu kelas yang sama tanpa perlu dipisahkan. Sedangkan di Indonesia masih minim penyediaan sarana atau akses bagi teman disabilitas.

Hak yang seharusnya didapatkan oleh kaum disabilitas di Indonesia belum sepenuhnya tersalurkan secara merata. Teman dengar masih saja mnegalami kesulitan saat berpergian ke tempat umum dan ketika ingin bertanya sesuatu karena minimnya akses dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya akan merasa bingung saat berkomunikasi dengan teman tuli disebabkan minimnya literasi bahasa isyarat. Selain itu juga, dalam kegiatan seminar, workshop maupun bioskop masih belum tersedianya JBI (Juru Bahasa Isyarat) untuk akses kaum teman tuli.

Referensi:

Irdianti, I., Nur Haq I.S. Mannessa, M. ., Ramadhani Muchsin , N. ., & Afifah Andranatha, A. . (2022). PELATIHAN BAHASA ISYARAT DI LINGKUP SENTRA WIRAJAYA DI MAKASSAR DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF KEPADA TUNARUNGU (TULI). JOURNAL OF COMMUNITY DEDICATION, 2(4), 196--210. Retrieved from https://adisampublisher.org/index.php/pkm/article/view/225

Natalia, D., & Winduwati, S. (2023). Pemanfaatan Media Sosial TikTok Sebagai Sarana Edukasi Bahasa Isyarat Indonesia. Koneksi, 7(1), 42--48. https://doi.org/10.24912/kn.v7i1.16034

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun