Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Ratu Adil, Si Satria Piningit dan Si Kerempeng

28 Mei 2014   13:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:02 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_1319" align="alignnone" width="611" caption="Tokoh Paman Gembul di majalah Bobo. Tokoh yang tidak asing di dunia anak-anak. Tokoh yang rakus dan kerap mendapatkan kesulitan karena sifat rakusnya. (Sumber gambar: http://www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/kidnesia/cerita-kita/cergam/penemuan-istimewa/halaman-2/10049152-1-ind-ID/Halaman-2.jpg)"][/caption]

BAGI masyarakat Indonesia, sebutan-sebutan tersebut memang sudah biasa dilakukan. Penulis hapal benar dengan kebiasaan ini. Sejak duduk di SD hingga SMA penulis tak pernah lepas dari sebutan-sebutan ini. Dan semua itu tak jadi masalah. Malah terkesan akrab. Selama nama sebutan yang diberikan tidak mengacu pada hal-hal yang negatif. Sebutannya masih terasa netral.

Nama sebutan konotasinya memang bisa bertingkat. Mulai netral, agak nakal dan nylekit. Darso Keceng, Didik Ceking, Rudi Kribo, atau Edi Kalur adalah yang tergolong netral. Marno Kopok, Wahyu Peang, Sugeng Ngompol, Gendut Corong, Karto Bethet adalah yang tergolong agak nakal. Agus Ledeng, Hari Kecrek, Samsu Pekok, Harjo Reden adalah julukan yang agak nylekit.

Saat duduk di bangku SD, teman-teman sepermainan kadang saling berolok menyebut orangtua temannya dengan julukan-julukan. Kadang bisa membuat seorang anak marah-marah. Karena tersinggung perasaannya bila orang tua yang dihormatinya dijuluki secara tidak senonoh.

Tingkah laku anak-anak SD itu barangkali meniru orangtua mereka di kampung. Di kebudayaan Jawa, penyebutan nama seseorang dengan julukan tambahan memang sudah biasa. Ada penduduk kampung bernama pak Parto. Karena kerjanya sebagai juru pengairan di desa, pak Parto dijuluki Uceng. Maka nama terkenalnya di kampung menjadi Parto Uceng.

Sebenarnya nama tambahan itu mengacu pada jenis pekerjaan yang dipunyainya. Tapi kemudian berkembang julukan-julukan yang tidak cuma mengacu pada pekerjaan tapi juga pada hal-hal khusus pada orangnya. Misalnya Parmin Dogol, Redjo Bruwes, Kliwon Sangklir, Slamet Bejok, Simo Kebo, Sardi Penthol, Darmo Gandhul dan sebagainya. Nama julukan lebih banyak diberikan pada kaum lelaki. Namun tidak jarang juga diberikan pada seorang perempuan. Misalnya Yu mBotho, Yu Cempluk, Yu Darmi Tempe dan sebagainya.

Beberapa teman SMA menerima sebutan nama yang sebenarnya mengacu pada tindakan tidak senonoh. Sebutan itu diberikan karena orangnya suka bicara hal-hal yang tidak senonoh. Maka sebutan itu akhirnya serasa pas dan diterima oleh anak lainnya. Kadang anak lain malah tidak tahu nama asli selain julukannya. Namun ketika menjadi seorang bapak, sebutan itu sudah tidak pas lagi. Tapi karena terlanjur akrab dengan sebutan itu, pada saat reuni beberapa teman masih memanggilnya dengan sebutan saat SMA. Beberapa teman punya kesadaran dengan memanggil nama aslinya. Tapi susah merubah kebiasaan teman-teman yang sudah terlanjur akrab memanggilnya dengan nama sebutan. Barangkali nama sebutan itu tidak bisa lepas darinya. Bagaimanapun tidak sukanya dia.

Tidak Pantas

Terkejut sekali ketika membaca berita tentang sebutan Jokowi yang dilontarkan oleh Megawati di Rakernas NasDem dihadapan para tamu dan undangan di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa, 27/5/2014 (Sumber).

Meski nadanya candaan, sebenarnya kurang etis diucapkan. Apalagi Jokowi secara resmi telah ditunjuknya sebagai capres yang kemungkinan nantinya bila terpilih bisa menjadi Presiden RI.

Sebutan buat Jokowi yang dilontarkan oleh Megawati itu memang tak sekali terjadi. Banyak orang mengkritik tubuh Jokowi yang kurus. Dan akhirnya Megawati ikutan menyebutnya si kerempeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun