Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Misi dan Visi Presiden Jokowi: Revolusi Mental Bangsa Indonesia

11 Mei 2014   15:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:37 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nenun, kerajinan tenun, bekerja di usia tua

Bekerja sampai renta. (Foto: Herry B Sancoko)

Menarik sekali ucapan Jokowi saat diwawancarai oleh Metro TV tentang visi dan misinya jika kelak jadi presiden. Gebrakan-gebrakan Jokowi ternyata tak berhenti cuma saat menjadi walikota dan gubernur, tapi akan diteruskan saat jika ia menjadi presiden RI kelak (sumber).

Dalam wawancara itu Jokowi bilang bahwa ia hendak merubah mentalitas rakyat Indonesia dari negatif ke positif. Visi dan misi Jokowi adalah ingin merevolusi mindset rakyat Indonesia agar lebih positif dalam melihat masa depan bangsa. Bangsa Indonesia punya semua potensi. Termasuk potensi sumber daya manusia dan alamnya. Negara Indonesia adalah negara besar. Rakyat Indonesia harus disiapkan mentalnya untuk menjadi bangsa yang besar di masa depan.

Jokowi mengatakan bahwa masalah pemilihan capres atau cawapres bukan masalah sepele, tapi masalah yang menyangkut 240 juta rakyat Indonesia. Jokowi akan menguraikan misi dan visinya pada saat tepat, jika ia memang terpilih jadi presiden. Jika Jokowi benar-benar menjadi presiden, rasanya sudah tidak sabar menanti gebrakan-gebrakan yang akan ia lakukan.

Membicarakan masalah masa depan bukan persoalan sederhana. Demikian juga dengan perubahan sikap negatif menjadi positif perlu kerja keras dan waktu panjang. Perombakan budaya menyeluruh mungkin diperlukan. Setiap aspek kehidupan perlu dibongkar dan dibolak-balik agar bisa ditemukan akar sebenarnya dari budaya kita.

Pada saat ini, banyak orang merasa bahwa masa depan adalah masa yang tak perlu dipikir terlalu serius. Mereka menjalani hari demi hari. Masa depan adalah sebuah konsep abstrak yang terlalu jauh untuk dipahami.

Budaya kita masih dekat dengan budaya agraris. Kita memandang waktu secara circular. Waktu pasti berputar kembali sebagaimana biasa. Beda dengan budaya barat, waktu dipandang sebagai garis linear. Sekali lewat tak akan kembali lagi. Perbedaan dalam menangkap masalah konsep waktu ini melahirkan sikap budaya beda.

Meskipun orang telah merencanakan masa depannya, ia perlu juga memperhitungkan masalah-masalah lain pendukungnya. Banyak faktor akan mempengaruhi untuk selalu mempertimbangkan masa depannya. Maka, membicarakan masa depan adalah bukan kerjaan gampang bagi setiap orang.

Banyak masyarakat kita masih berada di status sosial ekonomi rendah. Maka sebelum membicarakan masa depan, pemerintah harus bisa mengangkat status sosial dan ekonomi mereka. Membantu masyarakat tersebut keluar dari lingkaran kemiskinan. Alat sosial yang paling utama bagi mereka adalah adanya jaminan kesehatan dan pendidikan. Logikanya, bagaimana bisa merencanakan masa depan jika buruk kesehatannya serta rendah pendidikannya?

Masalah kesehatan dan pendidikan adalah dua hal penting yang memakan beaya cukup besar. Rakyat miskin selama ini bekerja hanya untuk cukup dimakan. Jika mereka sakit, maka beaya untuk berobat bakal sulit terjangkau. Demikian juga dalam hal pendidikan. Beaya pendidikan tinggi makin tak terjangkau bagi masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah tersebut. Selama beaya kesehatan dan pendidikan belum terjangkau oleh mereka, maka kemungkinan untuk memutus rantai kemiskinan makin sulit. Kemelaratan akan diturunkan ke generasi berikutnya.

Jika Jokowi berhasil mengenalkan kartu Jakarta Sehat dan Jakarta Pintar, mungkinkah ia bisa mengenalkan kartu Indonesia Sehat dan Indonesia Pintar? Sayangnya, Jokowi belum bersedia menjelaskan bagaimana ia akan merevolusi mental bangsa Indonesia - dari negatif-pesimis ke positif-optimis, jika kelak ia jadi presiden. Namun pada saatnya nanti, Jokowi berjanji akan menguraikannya dengan detail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun