Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Intervensi Nilai-nilai Supernatural dan Harga Nyawa Manusia

22 Januari 2014   09:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390370346418910687

[caption id="attachment_317471" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

DI SEBUAH jalan di kota kecil dekat Sydney nampak orang keluar terhuyung-huyung dari sebuah flat. Di bagian perut orang itu terdapat beberapa lubang tusukan. Darah mengalir pelan dari situ. Ia tak bisa bicara karena mulutnya masih terbalut dengan plester. Tangannya terikat ke belakang. Ia jalan di atas trotoir sempoyongan berusaha menjauhi flat darimana ia keluar.

Seorang yang kebetulan lewat, tergopoh-gopoh menanyai orang tersebut apa yang terjadi. Ia menghentikannya dan membantunya untuk berbaring di lantai trotoir yang dingin. Lalu melepas plester di mulut dan mengurai tali yang mengikat tangannya. Ternyata korban tusukan itu berhasil keluar dari flat setelah ia disandera beberapa jam sebelumnya. Untunglah orang yang ditemui di jalan itu punya sertifikat first aid (P3K). Ia segera melepas kaosnya dan menekan lubang di perut untuk menghentikan pendarahan. Lalu ia panggil ambulance dan polisi sekaligus dengan hp.

Selama menunggu datangnya ambulance, penolong itu menanyai nama korban. Mencoba membuatnya untuk tetap terjaga. Ia tanyai kapan terakhir liburan? Apa saja yang dilakukan saat liburan? Ia mencoba menenangkan korban dengan ingatan-ingatan yang menyenangkan. Ia juga meyakinkan untuk tidak terlalu kuatir karena pertolongan segera datang. Semua akan baik-baik saja. Sesekali ia dengar orang tersebut kentut dan seperti ada angin yang keluar dari lubang di perutnya. Kondisi korban makin lemah. Mulutnya mengeluarkan darah segar.

Dalam kursus-kursus first aid, penolong penderita kecelakaan memang disarankan untuk membuat korban jadi setenang mungkin. Terutama pada korban kecelakaan yang mengalami shock. Dengan membuatnya tenang dengan sendirinya denyut nadinya akan lebih stabil sehingga tidak membuat pendarahan makin parah. Pertama dan yang paling penting ialah dengan meyakinkan korban bahwa keadaan akan segera membaik. Bahwa petugas ambulance akan segera datang secepatnya untuk menolongnya.

Ketika penulis melihat kecelakaan di Indonesia (Malaysia?) lewat youtube, masyarakat yang berusaha menolong korban juga berbuat sama (Sumber). Mencoba menenangkan si korban kecelakaan namun beda caranya. Korban yang mengalami pendarahan cukup berat di kepalanya tersebut nampak tidak sadarkan diri. Kondisinya amat lemah. Korban seperti tidak merespon omongan para penolong. Ia seperti kesulitan bernafas. Penolong tersebut membaringkan korban dalam posisi terlentang di pinggir jalan dan mulai membacakan kalimat-kalimat agama. Sesekali membisikkan kalimat agama itu di telinga korban dan keras-keras menyebut kebesaran nama Tuhannya.

Pertama yang dilakukan untuk menolong korban kecelakaan adalah dengan memastikan bahwa tidak ada benda atau darah yang menyumpal di mulut dan tenggorokan penderita sehingga menghambat jalan pernafasannya. Dengan membaringkan korban dalam posisi terlentang, korban akan lebih sulit untuk bernafas. Seharusnya korban dibaringkan dalam posisi miring (recovery position) sehingga memperlancar jalannya udara dan mempermudah korban untuk bernafas karena posisi lidah tidak masuk ke dalam tapi ke samping.

Untunglah petugas ambulance segera datang dan membawa korban ke rumah sakit. Tidak diketahui akhir dari keduanya. Apakah jiwanya tertolong apa tidak.

Nyawa Hak Milik Pribadi Paling Berharga Manusia

Nyawa adalah milik pribadi yang paling berharga. Hanya si pemberi nyawa dan pemilik nyawa sendirilah yang berhak mencabut nyawa dari badan wadagnya. Sebenarnya, memakai dasar apapun atau dengan dalih apapun, orang tidak berhak untuk mengambil nyawa milik orang lain. Namun dalam dunia yang serba tidak sempurna ini, nyawa manusia kadang tidak ada harganya. Nyawa dikorbankan untuk kepentingan-kepentingan politik atau kepentingan lain yang dianggap demi menegakkan peraturan dan rasa keadilan kemanusiaan.

Pelaku bunuh diri adalah tindakan ekstrim seorang individu dalam hal kepemilikan sebuah nyawa. Sebagai individu, memang paling berhak untuk melakukannya. Orang lain tidak mempunyai kewenangan menghalanginya. Karena rasa kemanusiaan tindakan euthanasia tidak setiap negara mendukungnya. Namun bila seorang individu telah memutuskan untuk mengambil nyawanya sendiri, ia bisa melakukan dengan seribu cara. Tak akan ada yang bisa menghalangi begitu tekad sudah dibulatkan. Bagaimanapun barharganya sebuah nyawa, jika seseorang sudah memutuskan bahwa ia hendak mengambil nyawanya sendiri, tak ada kekuatan manapun yang bisa menghalanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun