[caption id="attachment_305137" align="alignnone" width="614" caption="Majalah komunitas India. Satu terbitan masyarakat India dari Fiji dan satunya terbitan India. Pemakaian bahasa gado-gado di koran atau majalah komunitas sesuatu yang normal. (Sumber foto: Dokumentasi pribadi.)"][/caption]
Selama tinggal di Australia bertahun-tahun, hal paling menyenangkan adalah bila ketemu orang Indonesia di tempat-tempat yang memungkinkan untuk bertegur sapa. Misalnya di hotel, di restaurant atau di tempat-tempat yang tidak menyangka bisa ketemu.
Apalagi kalau ketemu dengan orang sedaerah, langsung saja bicara dan cerita panjang lebar pakai bahasa daerah. Perjumpaan itu seperti menemukan seorang sahabat yang lama berpisah. Pembicaraan berlangsung akrab. Bahkan saking akrabnya, beberapa di antara mereka malah seperti saudara sendiri dan tetap membina kontak hingga saat ini.
Kadang saat jalan-jalan di supermarket, bila mendengar orang bercakap-cakap memakai bahasa Indonesia rasanya ayem. Seperti mendengar lagu nina bobo. Apalagi kalau mendengar percakapan bahasa Jawa, telinga rasanya langsung berdiri saking senangnya. Gendang telinga seolah langsung terbuka lubangnya lebar-lebar begitu mendengar bahasa yang dikenal akrab itu.
Ketika berada di negaranya orang, penulis merasa beruntung sekali punya bahasa Indonesia. Bahasa yang dipakai oleh orang dari Sabang sampai Merauke. Dan dengan bangga kita bisa bercakap-cakap dengan bahasa itu saat berada di luar negeri tidak saja sesama bangsa tapi juga para warga asing yang pernah berkunjung ke Indonesia.
Merasa bangga sebab penulis membandingkan dengan bangsa lain yang ada di Australia. Penulis punya kenalan beberapa orang asal India. Sebagaimana kita ketahui, India juga punya puluhan suku dan mungkin ratusan bahasa. Tapi siapa sangka ternyata orang India bila ketemu sama-sama orang India, mereka tidak langsung bicara dengan bahasa nasional mereka, tapi memakai bahasa Inggris. Alasannya, menurut seorang teman, mereka bisa saja tidak menyukainya bahkan tersinggung bila diajak bicara memakai bahasa India. Penulis tak habis pikir, kenapa mereka bisa tersinggung?
Orang India memang ada di mana-mana. Bahkan banyak orang India di Australia yang bukan asli orang India. Meski mereka dilahirkan tidak di India (banyak orang India kelahiran Fiji), tapi mereka tetap punya darah India. Kalau tidak bisa bahasa India, bisa dimengerti. Tapi mereka asli India dan bisa bahasa nasional India namun bisa tersinggung bila diajak berbahasa India?
Mungkin itu hanya pernyataan sepihak dari kenalan tersebut. Rasanya terlalu mengada-ada. Mungkin karena ketemu di situasi yang membuat orang merasa nggak kepenak bila diajak bicara dengan bahasa mereka sendiri sebab ada orang lain beda bangsa di sekitar mereka. Mereka tidak ingin terkesan mengabaikan orang lain yang mungkin tidak mengerti bahasa mereka.
Bahasa di Tempat Kerja
Australia sebagai negara multikultural yang terdiri dari berbagai bangsa asal imigran, maka tidak aneh mendapati dalam satu perusahaan pekerjanya terdiri dari berbagai asal kebangsaan dengan masing-masing bahasanya. Beda perusahaan beda variasi atau komposisi kebangsaannya. Bahkan dalam satu perusahaan, lain departeman lain pula komposisi asal negara pekerjanya.
Imigran asal India, China, Filipina paling menyolok kehadirannya. Jumlah mereka cukup banyak. Jalinan kekerabatan komunitas mereka pantas dikagumi. Mereka saling tolong menolong dan kerjasama dalam banyak hal. Bahkan mereka suka memilih tempat tinggal yang berdekatan. Maka dikenal daerah-daerah tertentu banyak orang Indianya, Filipinanya atau Chinanya. Tapi tentu saja hal ini bisa diperdebatkan, sebab secara statistik barangkali tidak cukup kuat mendukung argumen tersebut. Untuk urusan statistik ini sengaja tidak akan disinggung dalam artikel ini.