Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arti Pilpres bagi Warga Indonesia di Luar Negeri

24 Mei 2014   14:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru pada pemilu tahun 2014 inilah saya merasa begitu optimis dengan kehidupan politik Indonesia. Selama puluhan tahun tinggal di luar negeri, kehidupan politik di tanah air tidak semeriah ini. Masyarakat di luar negeri tidak begitu dengan seksama memperhatikan kehidupan politik jika tidak ada gejolak penting dan disiarkan oleh media lokal di luar negeri. Begitu menurut pengamatan penulis.

Di Australia, ada tv lokal yang menyiarkan warta berita TVRI setiap hari. Tv SBS memang menyiarkan warta berita untuk berbagai komunitas yang ada di Australia dan salah satunya untuk komunitas Indonesia. Tayangan cuma berdurasi selama 30 menit untuk masing-masing komunitas memang terkesan amat singkat. Saya pernah rajin mengikutinya. Tapi ketika berita lebih banyak diisi oleh kunjungan pejabat atau peresmian proyek, berita itu jadi membosankan. Radio komunitas yang berbahasa Indonesia juga ada. Bahkan siaran radio ini lebih menarik. Karena tidak melulu menyiarkan acaranya para pejabat di Indonesia.

Dulu belum ada internet atau mobile phone. Berita-berita tentang tanah air tidak bisa diikuti seperti beberapa tahun terakhir. Sebelum adanya internet, untuk mengikuti berita tanah air harus beli koran atau majalah Indonesia di toko Indonesia yang jauhnya minta ampun dari rumah. Tapi dengan senang hati hampir setiap minggu melakukan perjalanan hampir satu setengah jam pulang pergi untuk membeli majalah berita Tempo atau Gatra dan sisa-sisa koran lama yang belum terjual. Koran bekas beberapa hari masih seharga dengan yang baru, karena lamanya jangka waktu pengiriman dan langkanya ketersediaan koran.

Ketika presiden Soeharto digulingkan, berita dari tanah air cukup ramai. Koran dan majalah harus berebut. Sering bikin kecele karena persediaan koran sudah habis. Majalah berita yang biasanya selalu tersisa satu atau dua setelah seminggu terbit, kini sudah ludas begitu datang. Pada waktu itu saya menaruh harapan besar akan terjadi perubahan politik dan kenegaraan di Indonesia. Dan saya kira hal ini juga menjadi harapan warga Indonesia lainnya.

Pemilu tahun ini, karena sudah ada internet broadband untuk mengikuti berita tanah air tidak harus bersusah payah berkendara ke toko Indonesia untuk beli koran atau majalah yang jaraknya berpuluh-puluh kilometer itu. Kini tinggal menghidupkan komputer dan tekan tombol sana-sini bisa dapat berita lengkap yang dicari. Betapa bermanfaatnya internet dan kabel broadband ini. Salah satu teknologi yang benar-benar membawa kenyamanan dan kwalitas bagi hidup kemanusiaan.

Meski sudah ada internet broadband, tidak sendirinya orang senang mengikuti berita-berita tanah air. Karena banyak hal bisa ditemukan di internet. Dan lagi, menurut teori komunikasi tentang berita yang menarik adalah karena adanya unsur kedekatan. Ketika berada di rantau, kejadian di tanah air terasa begitu jauh. Tak perlulah mengikutinya. Karena dampak dari berita itu juga tak akan dirasakan. Bersilancar di dunia internet hanya untuk mengikuti berita lokal di Australia. Karena setelah presiden Soeharto dilengserkan, ternyata keadaan makin amburadul dan bikin stress sendiri kalau mengikuti beritanya.

Lain halnya dengan berita pilpress tahun ini. Penulis begitu rajin mengikuti berita tanah air. Jadi teringat saat dulu harus bersusah payah berangkat sepagi mungkin pada saat hari libur kerja untuk nyetir puluhan kilometer hanya untuk beli koran dan majalah berita.

Ketika beli koran atau majalah, berita seperti sudah dipaket oleh redaksi. Tidak bisa keluar dari apa yang tertulis di koran atau majalah. Kalau baca berita lain sejenis harus beli koran atau majalah lain. Begitu koran atau majalah terbaca habis, rasa ingin tahu itu secara otomatis berhenti. Tak bisa diteruskan. Terasa sudah lega. Paling tidak untuk hari itu. Kemudian bisa meneruskan aktivitas berikutnya tanpa terganggu.

Setelah ada broadband internet, berita itu tidak dipaket lagi. Sebuah berita diikuti oleh tautan berita-berita lainnya. Tak ada habisnya kalau mau mengikuti. Tidak hanya yang tertulis, tapi juga yang visual. Banyak berita juga bisa diikuti lewat internet TV dan video youtube. Kadang bisa seharian baca berita dan nonton youtube tentang Indonesia.

Rasa penasaran tak pernah habis. Harapan besar ada di depan dengan pilpress tahun ini. Hampir di semua lapis kehidupan di Indonesia sepertinya menunjang untuk sebuah perubahan menuju Indonesia masuk tahapan baru. Semua saling melengkapi untuk menggiring Indonesia menuju sebuah tatanan yang diharapkan oleh banyak warga Indonesia.

Tidak berlebihan jika gegap gempitanya perubahan itu dipercikkan oleh figur Jokowi dan Ahok. Fenomena yang dibawa Jokowi dan Ahok adalah fenomena baru yang harus lahir oleh keadaan di Indonesia. Era reformasi selama satu dekade sudah cukup masak untuk dipetik dan disemaikan bijih yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun