Lihatlah anak-anak. Merekalah contoh nyata dalam menikmati hidup. Mereka tidak cemas tentang masa depannya. Mereka lebih cemas jika sepedanya rusak atau roda mobil-mobilannya tidak mutar dengan lancar. Untuk menikmati hidup, kadang kita harus bisa berpikir seperti anak kecil.
Lihat juga kehidupan binatang. Mereka tak punya konsep masa depan atau masa lampau. Mereka hidup dari detik ke detik. Besuk akan sama. Setiap hari mereka menyambut hidup dengan kesigapan sama. Mereka selalu siap bereaksi dengan kekinian mereka. Ketika seekor kucing dipanggil oleh tuannya, kesigapan mereka dalam bereaksi dari hari ke hari akan sama. Begitu pula saat diberi makanan, mereka tetap nampak gembira meski makanan yang diberikan itu-itu juga. Mereka akan tetap berterimakasih pada tuannya dengan intensitas sama.
Seorang kolega kerja perempuan dari India pernah cerita pada penulis, meski dia sudah hidup mandiri bersama suaminya di Sydney, orangtuanya selalu membantunya secara finansial. Kadang ia merasa tidak enak dan kasihan pada mereka. Tapi meski ditolak dengan halus, orangtuanya yang tinggal di India tetap saja tak peduli. Bapaknya seorang dokter, meski sudah tua tapi tetap bekerja melayani pasien. Kolega tersebut bilang pada bapaknya, lebih baik uang penghasilan mereka ditabung dan pensiun dari kerja. Tapi bapaknya tetap membantunya membelikan rumah. Mengirimkan uang belanja atau tiket pulang pergi Sydney - India kalau liburan akhir tahun.
"Semua harta ini nantinya kamu juga yang akan memilikinya kalau aku mati. Selagi aku masih hidup, lebih baik aku berikan kepadamu sekarang. Supaya aku bisa melihat senyum bahagiamu saat menerima pemberianku," demikian kata bapaknya.*** (HBS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H