Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bedhol Desa Piknik Transportasi Air

30 November 2013   10:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempat menurunkan kapal ke sungai atau boat ramp. Foto: http://www.burdekin.qld.gov.au

DI INDONESIA begitu banyak sungai. Namun sayang sekali bahwa sungai-sungai tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebagian besar sungai dijadikan tempat pembuangan sampah. Bahkan berfungsi sebagai toilet umum bagi beberapa penduduk sekitar sungai. Sungai masih menempati benak di sebagian besar masyarakat di Jawa, bahwa sungai adalah tempat pembuangan kotoran. Sungai diperlakukan sebagai sesuatu yang terpisah dari hiruk pikuk kehidupan. Sungai masih diperlakukan tak lebih dari sebuah selokan.

Masih perlu waktu panjang untuk mengoptimalkan fungsi sungai di Indonesia. Padahal fungsi sungai amat beragam. Salah satunya bisa dipakai sebagai jalur alternatif transportasi. Bila jalan-jalan di darat makin padat oleh kendaraan, maka jalur lewat air adalah alternatif yang tidak bisa disepelekan.

Pemanfaatan sungai selain sebagai alternatif jalur transportasi juga bisa dipergunakan sebagai tempat industi perikanan yang memenuhi kebutuhan pangan penduduk sekitar sungai. Sungai juga merupakan sumber air untuk kehidupan. Pengoptimalan sungai diharapkan juga mengoptimalkan fungsi sungai sebagai sumber air kehidupan ini.

Wisata dengan kapal besar. Foto: Dokumentasi pribadi.

Sungai juga bisa menjadi tempat pariwisata menarik. Jika pemerintah Indonesia mau memperhatikan keberadaan sungai, maka bisa dipastikan rakyat banyak ikut menikmati manfaatnya. Sungai bisa difungsikan lebih baik dan tidak lebih dari sekedar tempat pembuangan sampah, limbah industri atau toilet umum.

Kapan pemerintah menyediakan dana untuk pembenahan sungai-sungai yang ada di Indonesia? Paling tidak bisa diawali dengan penyediaan fasilitas untuk tempat pariwisata atau tempat piknik keluarga atau pemancingan yang nyaman, tertata dan bisa diakses dengan mudah karena adanya jalan ke pinggir sungai.

Budaya naik perahu menelusuri sungai masih belum begitu dikenal di Indonesia. Jika pemerintah menyediakan tempat-tempat khusus untuk menurunkan dan menaikkan kapal dari sungai (boat ramp) barangkali akan merangsang masyarakat untuk memanfaatkan sungai lebih baik. Selanjutnya akan merangsang industri perkapalan untuk membangun kapal-kapal kecil untuk rekreasi keluarga.

Kita tidak bisa menandingi masyarakat Vietnam dalam memanfaatkan sungai sebagai jalur penting dalam kehidupan sehari-hari dan perdagangan mereka. Kita belum benar-benar memanfaatkan fungsi potensial sungai yang jumlahnya ribuan dan menembus berbagai kota di Indonesia. Sebuah jalur alami yang telah diciptakan alam tinggal kita benahi keadaannya sehingga bisa dilalui oleh kapal dengan mudah dan nyaman sebagai alternatif jalan darat. Sehingga kebutuhan untuk memiliki sebuah kapal menjadi setara dengan kebutuhan akan sebuah mobil. Rekreasi di sungai selanjutnya akan memupuk cinta lingkungan juga. Dan akhirnya cinta negara.

Lobby dalam kapal. Foto: Dokumentasi pribadi.

Transportasi Air di Australia

Tanah-tanah sekitar sungai amat mahal harganya di Australia. Apalagi sungai di sekitar perkotaan. Sungai memberi nilai tambah karena pemandangannya yang bagus. Orang Australia memang amat keranjingan dengan tanah pekarangan yang punya pemandangan bagus. Sebuah tanah yang sebenarnya tidak begitu bernilai, tapi jika punya pemandangan menakjubkan menghadap sungai atau kota, tiba-tiba saja bisa melambung harganya dibanding harga tanah sekitar. Kadang antar tentangga bisa tidak rukun gara-gara perluasan rumahnya merusak pemandangan sehingga menurunkan harga jual nilai tanah dan rumahnya.

Sangat kontras dengan keberadaan di Indonesia. Tepian sungai banyak dihuni oleh perkampungan kumuh, tak tertata, kotor, semrawut dan penuh limbah kotoran. Hunian tepian sungai di kota-kota pulau Jawa mengesankan kesemrawutan dan masyarakat dengan ekonomi kelas rendah. Maka harga tanah pun tidak ada yang melirik. Barangkali perkecualian di kota Yogyakarta. Atas peranan Romo Mangunwijaya rumah-rumah tepi sungai Code mendapat sentuhan artistik. Nampak apik dan nyeni. Namun belum juga bisa menjadi daya tarik pembeli tanah. Pemerintah juga belum sepenuhnya terjun membenahi hunian tepi sungai.

Keadaan kamar dalam kapal. Foto: Dokumentasi pribadi.

Di sekitar Sydney, tanah-tanah sekitar sungai biasanya dilengkapi dengan jalan yang bagus dan menunjang keadaan sebagai tempat rekreasi sehingga harga tanah menjadi lebih menarik. Di sekitar sungai juga diciptakan taman umum yang bisa dipakai untuk santai bersama keluarga. Di situlah banyak orang duduk-duduk melepas penat setelah lima hari bekerja. Di situlah mereka merasakan udara segar dan pemandangan yang menyejukkan mata. Di situlah mereka punya kesempatan menyambung hubungan keluarga yang mungkin makin mengering. Mereka mendapat suntikan tenaga penyegar tambahan dalam mengarungi hidup. Membuat mereka kembali bergairah menyongsong hari Senin sebagai awal hari kerja mereka.

Bagi mereka yang mampu, mereka bisa beli kapal kecil cukup untuk lima penumpang atau sekeluarga. Mereka tidak perlu tinggal di dekat sungai. Banyak keluarga pemilik kapal yang tinggal jauh dari sungai. Jangan heran jika saat di Australia mendapati sebuah rumah di depannya juga terparkir sebuah kapal. Kapal itu bisa ditarik dengan mobil jika saatnya butuh rekreasi menyusuri sungai. Boat ramp atau pelabuhan kecil untuk menurunkan kapal disediakan oleh pemerintah di sekitar sungai. Di dekatnya terdapat tempat parkir mobil dengan tarif parkir terjangkau.

Suasana santai penumpang kapal. Foto: Dokumentasi pribadi.

Menurut statistik Boating Industry Australia, industri perkapalan rekreasi ini menyumbangkan pendapatan Australia sebesar AUD$8 bilyun per tahunnya dan AUD$1 bilyun dari eksport. Pemerintah Australia dengan serius menggarap keperluan kapal untuk kebutuhan rekreasi ini karena faktor penting kegunaannya sebagai penunjang turisme, ekonomi lokal, ketenaga-kerjaan dan paling penting adalah fungsi sosialnya sebagai perekat masyarakat Australia yang multikultural. Di Australia saat ini terdapat 850.000 orang pemilik kapal yang terdaftar belum termasuk orang-orang yang punya kapal lebih kecil yang tidak perlu terdaftar pada negara. Sebanyak 1 juta orang punya SIM kapal dan sekitar 5 juta orang menyatakan pergi naik kapal untuk rekreasi setiap tahunnya. Rekreasi naik kapal ternyata menduduki peringkat pertama paling populer di Australia dalam masalah rekreasi keluarga..

Jika ke Sydney, perjalanan selain bisa dilakukan dengan memakai bis atau kereta listrik, juga bisa disambung dengan ferry untuk tujuan daerah dekat sungai. Misalnya antara Sydney ke Parramatta selain bisa ditempuh dengan kereta atau bis juga bisa naik ferry. Bahkan penduduk yang berada di bagian utara Sydney yang kerja di pusat kota Sydney pulang pergi bisa naik ferry. Tiket perjalan yang dibeli bisa dipakai untuk naik bis, kereta dan ferry. Amat praktis, nyaman dan relatif terjangkau harganya. Jadwal pemberangkatan ferry inipun juga teratur. Jadi tidak ada halangan bagi mereka untuk tepat waktu tiba di kantor masing-masing.

Rekreasi naik ferry banyak ditawarkan di sekitar Sydney lengkap dengan paket-paket menarik. Rekreasi naik ferry relatif terkenal di berbagai perusahaan. Setiap ada acara perusahaan mereka menyewa ferry dan berlayar di sekitar Sydney sambil berpesta di atas ferry. Penyedia jasa rekreasi tersebut selain menyewakan ferry juga menyediakan keperluan paket pesta. Makanan, minuman dan juga tak lupa hiburannya. Tempat labuh ferry tersebut juga mudah dicapai. Jalan kaki pun tak masalah karena letaknya tak begitu jauh dari pemberhentian kereta atau bis. Dan lagi pemandangannya lumayan bagus dengan udara sangat menyegarkan.

Rombongan penumpang dari Indonesia yang bermukim di Australia. Foto: Dokumentasi pribadi.

Rekreasi dengan ferry masih bisa diteruskan dengan rekreasi memakai kapal dengan ukuran super besar. Ada paket-paket menarik pariwisata dengan menggunakan kapal pesiar berukuruan besar ini. Mulai cuma beberapa hari hingga bulan dengan tujuan lokal, antar state bahkan melewati batas negara. Di dalam kapal tersedia lengkap berbagai hiburan dan tempat belanja. Layaknya bagai sebuah kota yang mengapung. Penumpang tidak merasa kesepian tinggal berhari-hari di dalam kamar kapalnya. Bahkan di antara mereka merasa ketagihan untuk mengulangi lagi dan lagi. Tidak tanggung-tanggung pada perjalanan berikutnya mereka mengajak seluruh keluarga dekat mereka hingga bisa mencapai 20an orang sekaligus. Jadi semacam bedhol desa.*** (HBS)

Bacaan lain terkait di blog pribadi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun