Aku lupa tepatnya kapan
Aku melihat kucing tetangga berak di atas atap
(Ya, aku tahu ini bukan cerita yang renyah untuk dicerna sebagai sarapan atau makan malam)
Namun apa kau tahu bahwa betapa sulitnya aku menerima mengapa kaki depannya mengais-ngais seng yang padat dan keras seolah-olah ada hamparan pasir di sana
Aku tak habis pikir hingga berhari-hari sampai hari ini
(Apa gunanya insting jika tidak mampu membedakan seng dan pasir?)
Dan aku seratus persen yakin bahwa segera kau membaca ini kau tak akan sabar berkomentar soal akal dan bla bla bla lainnya seolah-olah aku tidak tahu itu sebelumnya
(Sejujurnya aku suka sekali berpikir. Berpikir adalah cara terbaik untuk mengetahui bahwa di dalam kepala ada sesuatu yang memproses pikiran dan itu cara terbaik untuk mencintai diri sendiri)
Namun sayang sekali sekarang aku sedang malas berbicara
Walaupun ada banyak hal yang kupikirkan misalnya tentang perilaku kucing yang berak di atas atap itu
Atau hal-hal lain yang biasanya rutin kutanyakan di Quora
Kusadari baru-baru ini, memiliki akun di sana tidak membuat diri kita jauh lebih mulia ketimbang memiliki akun Facebook dan Instagram
Hal-hal sampah itu ada di mana-mana
Hal-hal berguna pun sama
Seketika aku merasa bersalah telah menyumpahserapahi Tiktok dan aplikasi-aplikasi semacamnya
Meskipun demikian,
Aku masih berharap berandaku hanya dipenuhi Liziqi seorang
Juga berharap kepalaku hanya memikirkan seputar-putar pantai, gunung dan hutan
Namun kau tahu (ya sekali lagi) bahkan laut yang tenang bisa tiba-tiba berombak dalam sekejap
Seketika aku merasa begitu takut dan kalut dan kemudian rindu kepada apa dan sesiapa
Lalu kubuka-buka album lama
Aku berlatih tersenyum di depan kaca persis seperti senyum di wajahku yang berusia delapan tahun sambil berpura-pura lupa berapa usiaku sekarang
Aku pernah dengan tegas menolak menjadi tua dalam definisi orang-orang
Dan garis-garis wajah yang kulihat membuat jurang yang nyata antara foto yang kulihat di album dengan wajah yang kulihat di kaca
Aku berdoa agar benda yang bernama kaca segera musnah dari muka bumi
Dan berdoa agar tidak bosan-bosannya berdoa untuk tidak segera bosan berdoa
(Bosan adalah sesuatu yang tidak kutemukan obatnya di apotek dan sialnya tidak mau sembuh dengan obat sakit kepala)
Tidak lupa pula aku berdoa agar bisa bahagia
Pacarku tidak suka melihat wajahku yang kurang bersyukur
Aku tidak suka mendengarnya menegaskan bahwa aku memang kurang bersyukur
Juga tidak suka dibangunkan lalu ditinggalkannya tidur begitu saja ketika sedang berbicara
Juga "tidak suka-tidak suka" lainnya yang bisa kutotal-total sampai sepuluh sementara ia jika kutanyakan hal yang sama hanya tersenyum dan menjawab satu dan itu pun tidak lupa dilengkapi dengan kalimat sayang diujungnya
Ya Tuhan, semoga ia tidak membaca tulisan ini dan bertanya apakah aku mencintainya setelahnya
Ya Tuhan, semoga tulisan ini jadi sangat panjang dan karena saking panjangnya tidak ada siapapun yang bersedia membacanya
Ya Tuhan, aku tidak sedang berharap siapapun menerjemahkan asal apa maksud dan tujuan keberadaan tulisan ini
Karena memang tidak ada apa-apanya kecuali imajinasi liarku dan imajinasi liarmu yang dipisahkan jarak, waktu dan (barangkali) pergaulan (?)
Lalu "Sudah tanggal berapa sekarang?"
(Kalimat Aan Mansyur itu muncul tiba-tiba bak pop ads)
Sudah berapa lama tubuh, pikiran dan jiwamu dianggurkan dengan beralasan keberadaan Covid-nineteen?
Mengakulah sejujurnya kau menginginkan hari libur sebanyak-banyaknya untuk bisa merasakan kembali nikmatnya kerja (?)
(Apa pernah ada kerja yang nikmat? Aku sadari akhir-akhir ini bahkan untuk sesuatu yang kita sukai pun ada masanya di mana kita tidak bisa nikmat melakukannya)
Lalu untuk apa aku melakukan ini semua?
Aku pernah menginginkan hari-hari menjadi orang-orang lain hanya untuk bisa merasakan kembali nikmatnya menjadi diri sendiri
Lalu pada suatu pagi,
Kusadari satu hal (lagi)
Bahwa rupanya kesepian itu memiliki banyak wajah
Sekali waktu ia adalah anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya
Atau seorang perempuan yang cintanya bertepuk sebelah tangan
Atau seorang pekerja yang selalu dipandang sebelah mata
Atau pikiran-pikiran yang selalu di anak tirikan
Atau diri sendiri yang lupa siapa dirinya itu
Pada akhirnya, apapun bentuknya, kesepian itu sama saja
Aku kelaparan persis perut yang menagih makan
Lubuklinggau, 19 Juli 2020, 04.57
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H