Sampai pada satu malam (malam kedua aku tidur di bawah langit-langit), seseorang mulai masuk dalam kehidupanku dan mengatakan semua hal yang ingin kudengar sejak lama--kegilaan-kegilaan yang sama. Makanya bayangan soal berkemah itu mulai menyala kembali dan menyembul ke permukaan. Mm ya... aku... bisa saja salah di kemudian hari.Â
Namun apakah masa depan (yang belum terjadi) yang lebih penting? Apa coba yang bisa lebih penting dari menikmati hari ini? Kebahagiaan-kebahagiaan macam apa lagilah yang harus dicari sehingga harus melalaikan perasaan yang satu itu? Apa lagilah yang harus diburu di dunia ini? Toh, setidaknya untuk sekarang karena dialah tulisan ini tidak jadi berakhir sedih--seperti tulisan lain yang biasanya kubuat. Apa itu belum cukup juga untuk bisa disyukuri dengan seikhlas-ikhlasnya?(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H